Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Pembangkit listrik tenaga bayu di Indonesia

PLTB Sidrap, merupakan pembangkit listrik tenaga bayu yang pertama kali beroperasi di Indonesia.

Pembangkit listrik tenaga bayu di Indonesia pertama kali dibangun pada tahun 1997. Unit pembangkit listrik tenaga bayu yang pertama kali dioperasikan secara komersial di Indonesia adalah Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Sidrap pada tahun 2018. Beberapa provinsi di Indonesia yang memiliki potensi pengembangan pembangkit listrik tenaga bayu yaitu Sulawesi Selatan, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Pembangunan pembangkit listrik tenaga bayu di Indonesia memberikan manfaat berupa kemandirian energi bagi beberapa daerah di Indonesia.

Sejarah

PLTB eksperimental pertama di Indonesia adalah Proyek Oeledo, yang juga mencakup PLTS. Proyek ini dipusatkan di Desa Oeledo, Pantai Baru, Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. Proyek ini dibangun pertama kali pada tahun 1997 dan selesai pada tahun 2001. Desa tersebut dipillih sebagai lokasi proyek karena merupakan daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal), dengan potensi angin dan Matahari yang mencukupi, serta belum teraliri listrik. PLTB dan PLTS ini dikerjakan oleh konsorsium dari perusahaan listrik dari Kanada, Prancis, Jerman, Jepang, Italia, Inggris, dan Amerika Serikat.[1][2]

Upaya eksperimental lainnya yang juga dilakukan adalah membangun PLTH (Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida) di kawasan Pantai Baru, Srandakan, Bantul, yang juga melibatkan tenaga bayu sebagai sumbernya. PLTH eksperimental ini dibangun dengan kerja sama Kementerian Riset dan Teknologi dan Kementerian ESDM pada tahun 2010 dan mampu menyuplai kebutuhan listrik untuk 54 warung makan di pinggir pantai tersebut. Tambahannya lagi, PLTH ini dapat menyimpan cadangan listrik sebesar 4.260 AH dalam 150 baterai.[3][4]

Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Sidrap (PLTB Sidrap) adalah PLTB pertama di Sulawesi.[5] Lokasi pembangunan PLTB Sidrap di Desa Mattirotasi, Kecamatan Watang Pulu, Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Pembangunan PLTB Sidrap menjadi awal pengembangan energi baru dan terbarukan di Indonesia. Pertimbangan utama atas pemilihan Kabupaten Sidenreng Rappang sebagai lokasi pembangunan pembangkit listrik tenaga bayu karena kecepatan angin rata-rata di wilayahnya mencapai 7 meter per detik. Kecepatan ini dianggap ideal untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga bayu.[6]

Proyek pembangunan PLTB Sidrap dimulai pada tahun 2015 oleh PT UPC Sidrap Bayu Energi. Jumlah pekerja yang ditugaskan untuk menyelesaikan proyek sebanyak 900 pekerja hingga bulan November 2017.[7] Peresmian PLTB Sidrap diadakan pada hari Senin tanggal 2 Juli 2018 oleh Presiden Indonesia, Joko Widodo.[8] PLTB Sidrap menjadi pembangkit listrik tenaga bayu yang terbesar di Indonesia.[9] Kapasitas pembangkitan energi listrik oleh PLTB Sidrap sebesar 75 MW.[10] Energi listrik sebesar ini dihasilkan melalui 30 generator turbin angin.[11]

Pemerintah Indonesia kemudian membangun pembangkit listrik tenaga bayu di daerah lain di Indonesia. Tujuannya untuk mewujudkan energi berkeadilan di seluruh wilayah Indonesia.[12] Pembangkit listrik tenaga bayu yang dibangun selanjutnya ialah PLTB Jeneponto.[13] Lokasi PLTB Jeneponto di Sulawesi Selatan.[14] Kemudian dibangun PLTB Tanah Laut di Kalimantan Selatan dan PLTB Samas di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.[13] Lalu pembangkit listrik tenaga bayu juga telah dibangun di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.[15]

Skala pembangkitan listrik

Skala Kilowatt

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia telah bekerja sama dengan Perusahaan Listrik Negara untuk membangun pembangkit listrik tenaga bayu di beberapa lokasi di Indonesia untuk kapasitas pembangkitan listrik sebesar 100 kW. Salah satunya di Pulau Selayar, Sulawesi Selatan. Unit pembangkit ini menggunakan turbin angin berukuran besar. Sementara itu, dibangun pula pembangkit listrik tenaga bayu skala kecil juga dibangun di Indonesia. Salah satunya di Pantai Pandasimo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sepanjang pesisir pantai ini dibangun sebanyak 39 menara angin untuk memenuhi kebutuhan listrik dari 350 keluarga di Dusun Ngenthak. Menara-menara angin ini telah dibangun sejak tahun 2005 sebagai hasil kerja sama antara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional dan pihak pemerintah Jerman. Awalnya, kincir angin yang dibangun berukuran besar. Namun kemudian diganti dengan yang berukuran kecil karena pembangkitan energi tidak maksimal akibat ketidakstabilan pola pergerakan angin. Kapasitas pembangkitan maksimum dari pembangkit-pembangkit ini sebesar 170 kW.[16]  

Skala Megawatt

Perusahaan Listrik Negara telah membangun dua pembangkit listrik dengan kapasitas pembangkitan dalam skala Megawatt. Kedua pembangkit ini ialah PLTB Sidrap dan PLTB Samas. Kapasitas pembangkitan listrik oleh PLTB Sidrap sebesar 70 MW. Sedangkan kapasitas pembangkitan listrik oleh PLTB Samas sebesar 50 MW. PLTB Sidrap terletak di Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Sedangkan PLTB Samas terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta.[17]

Potensi pengembangan

Potensi pengembangan pembangkit listrik tenaga bayu di Indonesia tidak terlalu besar. Kecilnya potensi pengembangan ini karena letak negara Indonesia yang berada di khatulistiwa. Namun Indonesia memiliki beberapa provinsi yang wilayahnya sesuai untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga bayu. Provinsi-provinsi di Indonesia yang seluruh wilayahnya memiliki potensi pengembangan pembangkit listrik tenaga bayu meliputi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Ada pula dua provinsi yang wilayahnya pantainya memiliki potensi pengembangan pembangkit listrik tenaga bayu. Keduanya yaitu pantai bagian timur Sulawesi Selatan dan pantai bagian selatan Provinsi Gorontalo.[12]

Manfaat

Kemandirian energi

Pembangunan pembangkit listrik tenaga bayu di berbagai wilayah di Indonesia menyebabkan kebutuhan akan bahan bakar fosil menjadi berkurang. Pembangkit listrik tenaga bayu juga dioperasikan dengan biaya yang rendah. Keberadaan pembangkit listrik tenaga bayu dapat meningkatkan kemandirian energi dari beberapa daerah berbentuka kepulauan di Indonesia. Daerah kepulauan ini seperti di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Di kedua daerah ini, kebutuhan energi masih didatangkan dari daerah lain.[12]

Komersialisasi dari pembangkit listrik tenaga bayu pertama kali dimulai di Sulawesi Selatan. Keberadaan pembangkit-pembangkit listrik tenaga bayu di Sulawesi Selatan mengurangi penggunaan bahan bakar minyak di wilayah Indonesia.[18]

Objek wisata

Pembangkit listrik tenaga bayu yang dijadikan objek wisata terletak di kawasan pesisir. Pembangkit listrik tenaga bayu yang telah dijadikan objek wisata ialah PLTB Sidrap dan pembangkit listrik tenaga bayu yang terletak di Baron Technopark.[19]

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ "Kincir Angin di Kampung Kami". Tempo (dalam bahasa Inggris). 2006-05-06. Diakses tanggal 2023-08-23. 
  2. ^ "Memanen Angin dan Matahari". Tempo. 33 (13-18): 106–109. 2004. 
  3. ^ Liputan6.com (2022-04-26). "Nasib Pembangkit Listrik Tenaga Angin yang Pernah Jadi Ikon Pantai Baru Bantul". liputan6.com. Diakses tanggal 2023-08-23. 
  4. ^ Media, Harian Jogja Digital. "PLTH Pantai Baru, Redupnya Harapan Seumur Jagung". Harianjogja.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-08-23. 
  5. ^ Hartarto, A., dkk. (2021). Irawati, Linda, ed. Hartarto Sastrosoenarto: Mengabdi untuk Perindustrian Indonesia. Jakarta: Penerbit Gramedia Widiasarana Indonesia. hlm. 148. ISBN 978-602-05-2219-7. 
  6. ^ Harinowo, C., dan Khaidir, I. M. S. (2022). Menuju Zaman Renewable Energy. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama. hlm. 168. ISBN 978-602-06-6007-3. 
  7. ^ Akmal dan Ahmad 2020, hlm. 2.
  8. ^ Priyotamtama, Paulus Wiryono. Merawat Bumi, Rumah Kita Bersama. Sanata Dharma University Press. hlm. 65. 
  9. ^ Akmal dan Ahmad 2020, hlm. 1.
  10. ^ Prabawanti, B. E., dan Herman, S. Y. R. S. (2019). Sihotang, Kasdin, ed. Sukses Membangun Kewirausahaan Sosial: Konsep, Teori dan Praktik. Jakarta: Penerbit Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. hlm. 32. ISBN 978-602-5526-54-1. 
  11. ^ Bala, Robert (2019). Victi, Marcel, ed. Memaknai Badai Kehidupan. Sleman: Penerbit PT Kanisius. hlm. 12. ISBN 978-979-21-5859-5. 
  12. ^ a b c Suwignyo, dkk. (Januari 2022). Pembangkit Listrik Tenaga Mini dan Mikro Hidro (PLTM dan PLTMH). Malang: Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang. hlm. 13. ISBN 978-979-796-669-0. 
  13. ^ a b Kurniasih, Eka (2020). Indra, Radhitya, ed. Merancang Energi Masa Depan dengan Biodiesel. Yogyakarta: Penerbit ANDI. hlm. 13. ISBN 978-623-01-0454-1. 
  14. ^ Thowaf, M., dan Santoso, D. (2020). Wisnuhardana, Alois, ed. Menerangi Indonesia Memajukan Bangsa. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama. hlm. 100. ISBN 978-602-06-5022-7. 
  15. ^ Prasodjo, Darmawan (Februari 2020). Kuncahyono, Trias, ed. Jokowi Mewujudkan Mimpi Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 284. ISBN 978-602-06-3789-1. 
  16. ^ Mediastika, Christina E. (2013). Nikodemus WK, ed. Hemat Energi dan Lestari Lingkungan melalui Bangunan. Yogyakarta: CV. Andi Offset. hlm. 28. ISBN 978-979-29-3465-6. 
  17. ^ Selamet, Syafaat R. (2018). Aminah, Mia Siti, ed. Dahsyatnya Angin. Jakarta: Penerbit Qibla. hlm. 67. ISBN 978-602-483-135-6. 
  18. ^ Puspitorini, P., dkk. (Oktober 2022). Lestariana, Dwi Suci, ed. Pengantar Ilmu Pertanian. Klaten: Penerbit Lakeisha. hlm. 4. ISBN 978-623-420-325-7. 
  19. ^ Kiswanto, Heri (2021). Syukri, Muhammad, ed. Fisika Lingkungan: Memahami Alam dengan Fisika. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press. hlm. 178. ISBN 978-623-264-360-4. 

Daftar pustaka

Kembali kehalaman sebelumnya