secara umum mengenai 10-20% dari populasi keseluruhan,[2] terjadi 2-3 kali lebih sering pada perempuan dari laki-laki. hampir setengah dari pasien memiliki riwayat keluarga penderita varises.[3]
Faktor risiko
Adanya trauma secara langsung pada katup vena yang menyebabkan kerusakan 1 atau lebih katup.
Memakai Pakaian yang terlalu mengompresi (ketat).[2]
Klasifikasi
Varises primer: varises yang berasal dari vena superfisial
Varises sekunder: varises yang timbul akibat insufisiensi vena deep, inkompentensi vena perforating, atau akibat oklusi vena deep yang dapat menyebabkan dilatasi atau pembesaran dari vena superfisial.[3]
Varises dapat terjadi di vena di daerah mana saja, namun paling banyak terjadi di Vena Safena di kaki dan percabangannya.[3] Varises juga dapat terjadi di area anorektal yang dikenal sebagai Ambeyen (hemorrhoids), di esofagus (esophageal varices), dan spermatic cord (varikosel).[2]
Manifestasi klinis
dilatasi vena pada varises terjadi akibat inkompetensi katup vena dan menyebabkan aliran darah menjadi stasis di bawah, membentuk bendungan, hal ini menjadikan terjadinya edema akibat tingginya tekanan di vena, nyeri, dan trombosis. Efek yang timbul yaitu edema yang persisten di ekstremitas dan menyebabkan perubahan sekunder pada kulit yaitu iskemik, dermatitis stasis, dan ulserasi. ulser dapat menjadi kronis bila luka sulit disembuhkan dan terjadi infeksi. perlu diingat bahwa pada varises jarang terjadi embolisme, hal ini yang membedakan dengan trombosis pada vena deep.[4]
Terapi
Dibawah ini ada beberapa pilihan terapi yang akan disarankan oleh dokter yaitu: