Setelah mendapatkan gelar doktoral, Gilbert bekerja sebagai penelitipascadoktoral bidang industri di Yayasan Riset Industri Pembuatan Bir (Brewing Industry Research Foundation). Setelah itu, dia pindah ke Leicester Biocentre. Tahun 1990, Gilbert bergabung dengan Delta Biotechnology, sebuah perusahaan biofarmasi yang memproduksi obat-obatan di kota Nottingham.[7][9]
Pada tahun 1994, Gilbert kembali bekerja akademis, dengan bergabung di sebuah laboratorium bernama Adrian V. S. Hill. Penelitian awal yang dia kerjakan ialah mempertimbangkan interaksi host-parasit di malaria.[7] Tahun 2004, dia menjadi juru baca ahli vaksin di Universitas Oxford.[7] Tahun 2010, Gilbert diangkat menjadi seorang profesor di Jenner Institute. Mendapat dukungan dari Wellcome Trust, Gilbert mulai mengerjakan desain dan membuat novel tentang vaksinasi influenza.[7] Penelitian yang dikerjakan oleh Gilbert dengan mempertimbangkan pengembangan dan pengujian praklinis vaksinasi virus, menanamkan protein patogen di dalam virus.[10][11] Vaksinasi virus ini memicu respons sel T, yang dapat digunakan untuk melawan berbagai penyakit seperti virus, malaria, dan kanker.[10]
Tahun 2008 merupakan tahun pertama Gilbert melakukan Uji klinis, dengan memantau gejala harian pasien influenza menggunakan virus Influenza A subtipe H3N2.[13][14] Hasil studi pertamanya ini, menemukan adanya rangsangan sel T sebagai respons terhadap virus flu, dan bahwa stimulasi ini dapat melindungi seseorang dari penyakit flu.[13] Penelitian tersebut menemukan hasil bahwa vektor adenoviral ChAdOx1 dapat digunakan untuk membuat vaksinasi yang melindungi manusia dari sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) yang ada pada tikus dan mampu menginduksi respon imun terhadap MERS.[15][16] Vektor yang sama juga digunakan untuk membuat vaksin melawan Nipah yang efektif terdapat di hamster (tetapi tidak pernah terbukti ada pada manusia),[17] selain vaksin potensial untuk Rift Valley Fever yang dapat melindungi domba, kambing, dan sapi (tetapi tidak terbukti pada manusia).[18]
Gilbert kemudian terlibat dalam pengembangan vaksinasi baru untuk melindungi manusia dari Koronavirus sejak awal terjadinya pandemi COVID-19 .[19][20][21] Dia menjadi pemimpin dalam pekerjaan ini untuk mencari kandidat vaksin baru, bersama dengan Andrew Pollard, Teresa Lambe, Sandy Douglas, Catherine Green dan Adrian Hill.[22] Seperti pekerjaan sebelumnya, vaksin COVID-19 menggunakan vektor adenoviral, yang dapat merangsang respons sistem kekebalan tubuh terhadap lonjakan protein koronavirus.[19][20] Rencana awal uji klinis pada hewan dilakukan awal bulan Maret 2020, dan kemudian merekrut 510 peserta manusia untuk tujuan uji coba fase I / II yang dimulai pada 27 Maret 2020.[23][24][25] Pada September 2020, Gilbert menyatakan bahwa vaksin AZD1222, sudah diproduksi oleh perusahaan AstraZeneca sementara uji coba fase III sedang berlangsung bulan September 2020.[26] Karena hasil penelitian vaksin tersebut, Gilbert tampil di majalah The Times bertajuk Science Power List terbitan bulan Mei 2020.[27]
Kehidupan pribadi
Pada tahun 1998, Gilbert melahirkan anak kembar tiga. Sementara pasangan memutuskan untuk meninggalkan karirnya dan menjadi orang tua utama yang mengurus rumah tangga mereka.[7][28] Pada bulan Maret 2021, Gilbert menerima anugerah penghargaan Albert Medal untuk jasanya dalam mengembangkan vaksin Oxford-AstraZeneca.[29]
Schneider, Jörg; Gilbert, Sarah C.; Blanchard, Tom J.; Hanke, Tomas; Robson, Kathryn J.; Hannan, Carolyn M.; Becker, Marion; Sinden, Robert; Smith, Geoffrey L.; Hill, Adrian V.S. (1998). "Enhanced immunogenicity for CD8+ T cell induction and complete protective efficacy of malaria DNA vaccination by boosting with modified vaccinia virus Ankara". Nature Medicine. 4 (4): 397–402. doi:10.1038/nm0498-397. ISSN1078-8956. PMID9546783.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
McShane, H; Pathan, A A; Sander, C R; Keating, S M; Gilbert, S C; Huygen, K; Fletcher, H A; Hill, A V S (Desember 2004). "Erratum: Recombinant modified vaccinia virus Ankara expressing antigen 85A boosts BCG-primed and naturally acquired antimycobacterial immunity in humans". Nature Medicine. 10 (12): 1397. doi:10.1038/nm1204-1397a. ISSN1078-8956.
McConkey, Samuel J.; Reece, William H. H.; Moorthy, Vasee S.; Webster, Daniel; Dunachie, Susanna; Butcher, Geoff; Vuola, Jenni M.; Blanchard, Tom J.; Gothard, Philip; Watkins, Kate; Hannan, Carolyn M. (2003). "Enhanced T-cell immunogenicity of plasmid DNA vaccines boosted by recombinant modified vaccinia virus Ankara in humans". Nature Medicine (dalam bahasa Inggris). 9 (6): 729–735. doi:10.1038/nm881. ISSN1546-170X. PMID12766765.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^ abcdefgAdmin. "Professor Sarah Gilbert". Working for NDM (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 Maret 2021. Diakses tanggal 24 Maret 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)