Meraih gelar insinyur komputer dari Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Informatika dan Komputer (STI&K) Jakarta, Tifatul awalnya berkarier di PT Perusahaan Listrik Negara (PLN Persero) di bidang telekomunikasi dan pemrosesan data. Ia pernah menjadi aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII) semasa mudanya dan menjadi Dewan Pertimbangan Pusat Perhimpunan Keluarga Besar PII 2008—2011.
Keluarga
Tifatul lahir dari pasangan orang tua yang berasal dari etnis Karo dan Minangkabau. Dari ayahnya Tifatul memiliki marga Sembiring, sementara dari pihak ibu dia bersuku Koto sekaligus merupakan kepala kaum Koto di Guguak Tabek Sarojo, Agam, Sumatera Barat dengan gelar Datuk Tumangguang.[1][2] Tifatul menikah dengan Sri Rahayu dan memiliki 7 orang anak antara lain Sabriana, Fathan, Ibrahim, Yusuf, Fatimah, Muhammad, dan Abdurrahman.
Pendidikan
Ia memulai pendidikan dasarnya di SDN 01 Benteng Pasar Atas, Bukittinggi, Sumatera Barat (lulus 1974). Semasa sekolah, ia tidak memakai alas kaki sama sekali dan terkenal bandel. Ia melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 4 Bukittinggi,[3][4] tetapi kemudian pindah ke SMP Negeri 40 Jakarta (lulus 1977). Ia mengenyam pendidikan di Sekolah Teknik Menengah (STM) Pembangunan Jakarta, sekarang SMK Negeri 26 (lulus 1982). Lalu melanjutkan studinya ke IAIN Syarif Hidayatullah Ciputat, jurusan Manajemen Komputer. Di sinilah ia memperoleh gelar insinyur komputer dengan mengikuti ujian negara melalui Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Informatika dan Komputer (STI&K) Jakarta pada 1988.[5][6]
Karier dan bisnis
Kariernya dimulai dengan bekerja sebagai karyawan PLN di bidang Pusat Pengaturan Beban Jawa, Bali, Madura pada kurun waktu 1982 hingga 1989. Namun kemudian ia keluar untuk lebih fokus kepada dakwah. Pada 1990, Tifatul bergabung dengan yayasan pendidikan Nurul Fikri di bagian Litbang dan bergabung dalam Korps Mubaligh Khairu Ummah. Ia juga mendirikan penerbitan sendiri dengan nama Asaduddin Press, Jakarta pada 1991. Sebagai direktur, ia dibantu oleh istrinya yang aktif menulis tentang kewanitaan.[5]
Karier politiknya dimulai dengan menjadi Humas Partai Keadilan Sejahtera, mendampingi Nurmahmudi Ismail. Kemudian ia dipercaya menjadi Wakil Sekjen, Menjelang Munas PKS dan menjadi ketua DPP untuk Ketua Wilayah Dakwah (Wilda) I Sumatra Pasca Munas. Ketika Hidayat Nurwahid menjabat sebagai Ketua MPR, Tifatul menggantikan sementara sebagai Presiden PKS dan pada Munas berikutnya ditetapkan sebagai Presiden PKS periode 2005–2010.[5]
Prestasi
Program yang dikenal selama Tifatul Sembiring menjadi Menteri Komunikasi dan Informatika adalah lelang penggunaan kanal 3G[7] dan mobil pintar yang mengatasi problem jangkauan internet di daerah terpencil.[8] Pada 2013, ia berhasil meningkatkan penerimaan negara bukan pajak dari Kemenkominfo menjadi sebesar Rp13,59 triliun, atau 110 persen dari target dan meningkat 17,3 persen dari penerimaan pada 2012.[9]
Selama masa jabatannya, sebanyak 72.000 desa telah terkoneksi dengan sambungan telepon. Seluruh kecamatan telah terhubung dengan internet melalui Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK) dan Mobile Pusat Layanan Internet Kecamatan (MPLIK). 5.748 PLIK dan 1.970 MPLIK yang memberikan akses internet gratis tersebar di seluruh kota dan kabupaten Indonesia. Berdasarkan klaim Tifatul Sembiring, jaringan serat optik Palapa Ring sudah rampung 90 persen. Selain itu, wilayah jangkauan komunikasi seluler di Indonesia telah mencapai 95 persen. Sebanyak 31 stasiun TVRI baru dibangun. Secara rutin, Kemenkominfo mengangkatkan kegiatan untuk melahirkan inovator-inovator baru melalui ICT Award, ICT Training Center, proyek e-learning, Indonesia Open Source Award, hingga program beasiswa S-2 dan S-3 untuk bidang IT dan komunikasi.[10]
Penghargaan
Pada akhir masa jabatannya, ia dianugerahi penghargaan Bintang Mahaputera Adipradana oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bintang Mahaputera merupakan simbol penghargaan bagi warga Indonesia yang berprestasi di bidang atau peristiwa tertentu.[11][12]
Pantun
Tifatul dikenal gemar berpantun. Ia sering membawakan pantun kala memberi kata sambutan baik sebagai anggota DPR maupun sebelumnya sebagai Menkominfo. Saat berbicara di depan umum, Tifatul melontarkan pantun secara spontan yang mampu membuat banyak orang tertawa.[13][14][15] Saat rapat di DPR, ia menyelipkan pantun dalam pemaparannya untuk mencairkan suasana yang tegang.[16][17][18] Ia kerap melempar pantun berisi sindirian dan melibatkan tokoh yang hadir beradu pantun dengannya.[19][20] Sebagai Menkominfo di Kabinet Indonesia Bersatu II, Tifatul beberapa kali menyampaikan pantun yang ditujukan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Mereka pernah saling berbalas pantun saat melakukan rapat.[21]
Tifatul mengatakan kebiasaannya berpantun karena ingin mengangkat budaya Indonesia. Selain itu, pantun merupakan cara jitu untuk mengkritik sambil membuat orang tersenyum. "Pengalaman saya, kalau mengkritik pakai bahasa pantun lebih jitu. Orangnya tidak akan marah tapi malah tersenyum," ujarnya dalam wawancara dengan JPNN.[16] Gaya Tifatul berpantun diikuti oleh Presiden SBY dan rekannya sesama partai, Irwan Prayitno. SBY bahkan pernah meminjam salah satu pantun Tifatul ketika berkampanye.[22][23][24][25]
Tifatul dikenal sebagai politikus yang aktif di dunia maya. Ia merupakan salah satu politikus Indonesia dengan jumlah pengikut terbanyak. Pada 2011, situs pencatatan statistik media sosial famecount.com memasukkannya sebagai "satu-satunya politisi asal Indonesia yang masuk di dalam urutan 50 besar politisi ternama seluruh dunia". Tifatul berhasil duduk di urutan ke-24.[26] Di Twitter, Tifatul sering mencuit tanggapan, wacana, atau sindiran melalui pantun.[27][28][29] Ia membuka diri terhadap kritik publik di dunia maya, bahkan menanggapinya dengan pantun.[30][31]
Kontroversi
Pada 2009, ia menyalahkan amoralitas untuk gempa yang terjadi di Sumatra dan bencana alam lainnya. Saat ia berkhutbah pada saat salat Jumat di Padang, Sumatera Barat sebagai menteri, ia mengatakan, "Ada banyak program televisi yang menghancurkan moral. Oleh karena itu, bencana alam akan terus terjadi."[32] Ia mengaitkan pornografi dengan AIDS, menyebut bahwa dana untuk melawan penyakit itu membuang-buang uang.[33][34]
Ambisinya untuk menyaring konten "negatif" di Internet, setelah terhenti pada awal 2010 karena menghadapi oposisi luas, dapat dimulai kembali setelah merebaknya skandal video porno yang mengarah kepada Ariel. Langkahnya mendapat dukungan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan berlanjut dengan melibatkan daftar hitam bahan ofensif untuk dimonitor oleh gugus tugas khusus.[35] Sembari ia meminta aparat hukum mengusut kebenaran artis dalam video porno Ariel, ia mengaitkan perdebatan "mirip artis" dalam kasus ini dengan penyaliban Yesus.[33] Setelah dikritik atas pernyataannya, ia melakukan klarifikasi dan meminta maaf.[36]
Pada Mei 2014, Menteri Komunikasi dan Informasi mengeluarkan kicauan dari akun pribadinya bahwa situs berbagi video Vimeo akan dilarang. Mengutip Undang-Undang Pornografi yang disahkan pada 2008, menteri mengatakan situs ini termasuk situs yang menampilkan "ketelanjangan atau seperti suatu ketelanjangan”.[41] Larangan itu datang pada saat film yang dibuat di Indonesia mulai menarik perhatian internasional melalui karya Joshua Oppenheimer, The Act of Killing yang bergabung dengan jajaran film dokumenter paling terkenal sepanjang masa.[42] Para pengguna Twitter mengaitkan pemblokiran situs Vimeo dengan beredarnya video aksi panggung penyanyi dangdut dengan goyang seronok yang menampilkan spanduk seorang calon legislatif dari PKS. Video tersebut sudah diblokir di YouTube, tetapi tetap tersedia untuk ditonton di Vimeo.[43][44][45] Tifatul membantah isu tersebut sebagai dasar pemblokiran dan mengungkapkan bahwa video yang beredar sebagai fitnah. "Itu acara seronok, lalu ditempeli spanduk PKS," tulis Tifatul.[46]
Tifatul Sembiring dalam IndoSurfLife.com disebutkan sebagai musuh terbesar bagi pengguna Internet Indonesia karena lambatnya koneksi Internet di Indonesia yang memiliki kecepatan rata-rata 1,5 Mbps.[47][48]
Ancaman pemblokiran Twitter
"Beberapa negara spt Turki, Arab Saudi, Mesir pernah menutup Twitter. Indonesia belum pernah menutup Twitter. Ada usulan?"
Tifatul Sembiring pada Minggu, 28 September2014 juga membuat pernyataan yang mengejutkan di akun Twitter pribadinya karena dianggap mengancam akan menutup situs webjejaring sosialTwitter seperti yang dilakukan oleh negara Turki, Arab Saudi, dan Mesir.[49] Isu penutupan Twitter ini pun langsung melejit bahkan pada pukul 10.50 Waktu Indonesia Barat tanggal 28 September 2014, isu penutupan tersebut kembali merangkak berada di posisi 8 trending topic di Indonesia. Sadar kicauannya jadi kontroversi, Tifatul kemudian membantah akan menutup Twitter di Indonesia.
"Jadi sekali saya tegasken, tidak benar itu, isu-isu yg mengataken bhw Twitter akan ditutup di Indonesia. Entah oleh menteri berikutnya...:))."