Infeksi virus Nipah (NiV) adalah infeksi virus yang disebabkan oleh virus Nipah.[3] Gejala dari infeksi nipah bervariasi mulai dari tidak ada gejala sama sekali hingga demam, batuk, sakit kepala, sesak napas, dan kebingungan.[2][3] Jika gejala memburuk pasien akan mengalami koma selama satu sampai dua hari.[2] Juga mengalami komplikasi seperti peradangan otak dan kejang setelah pemulihan.[3]
Virus Nipah sejenis virus RNA dalam genus Henipavirus.[3] Virus ini bisa menyebar antar-manusia yang satu dengan yang lainnya dan dari hewan ke manusia.[3] Penyebaran virus ini biasanya berasal dari kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi.[1] Virus nipah biasanya bersumber dari kelelawar buah.[3] Diagnosis virus ini berdasarkan pada gejala dan konfirmasi dari uji laboratorium.[4]
Manajemen melibatkan perawatan yang mendukung.[3] Pada 2018 belum ada vaksin atau pengobatan khusus untuk virus ini.[3] Upaya pencegahan virus ini adalah dengan menghindari kontak langsung pada kelelawar dan babi yang sakit dan tidak meminum getah kurma mentah.[5] Hingga Mei 2018 diperkirakan telah terjadi sekitar 700 kasus manusia untuk virus Nipah dan 50 hingga 75 persen dari yang terinfeksi telah meninggal dunia.[6][9][10] Pada Mei 2018, wabah penyakit nipah mengakibatkan 18 kematian di negara bagian Kerala, India.[11][12]
Penyakit ini pertama kali ditemukan pada tahun 1998 saat terjadinya wabah di Malaysia sementara itu virus ini diisolasi pada tahun 1999.[3][13][14] Nama virus ini berasal dari sebuah desa di Malaysia, Sungai Nipah.[14] Virus ini juga diketahui menginfeksi babi dan untuk menghentikan penyebaran penyakit jutaan orang terbunuh pada tahun 1999.[3][14]
Tanda dan gejala
Gejala virus ini mulai muncul dalam waktu 3–14 hari setelah terpapar virus. Gejala awal dari virus ini adalah demam, sakit kepala, kantuk diikuti oleh disorientasi dan kebingungan mental. Gejala-gejala tersebut dapat memburuk menjadi koma dalam waktu 24–48 jam. Ensefalitis, radang otak, merupakan hasil komplikasi fatal dari infeksi virus nipah. Penyakit pernapasan juga dapat terjadi selama awal penyakit.[14] Pasien kasus Nipah yang mengalami penyakit pernapasan lebih berpotensi menularkan virus nipah dibandingkan yang tidak memiliki penyakit pernapasan.[15] Penyakit ini dicurigai pada individu yang bergejala dalam konteks wabah epidemi.
Risiko
Risiko paparan virus nipah yang tinggi bagi pekerja rumah sakit dan perawat dari pasien yang terinfeksi virus nipah. Di Malaysia dan Singapura, infeksi virus Nipah terjadi pada orang yang memiliki kontak dengan babi yang terinfeksi. Di Bangladesh dan India, penyakit ini dikaitkan dengan konsumsi getah yang mentah (toddy) dan kontak dengan kelelawar buah.[16]
Diagnosis
Diagnosis laboratorium dari infeksi virus Nipah dibuat dengan menggunakan reverse transcriptase dari polymerase chain reaction (RT-PCR) dari saluran tenggorokan, cairan serebrospinal, urin dan analisis darah selama tahap akut dan tahap penyembuhan. Deteksi antibodi IgG dan IgM dapat dilakukan setelah pemulihan untuk memastikan infeksi virus Nipah. Imunohistokimia pada jaringan yang dikumpulkan selama otopsi juga dapat memastikan penyakit ini.[14] RNA virus dapat diisolasikan dari air liur orang yang terinfeksi.
Pencegahan
Pencegahan infeksi virus Nipah penting karena belum ada pengobatan yang terbukti efektif untuk penyakit ini. Infeksi virus ini dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan kelelawar di daerah endemik dan babi yang sakit. Meminum getah kelapa yang mentah (palm toddy) yang berpotensi terkontaminasi oleh bat excrete,[17] memakan buah yang telah dikonsumsi oleh kelelawar dan menggunakan air dari sumur yang dipenuhi oleh kelelawar [18] harus dihindari. Kelelawar diketahui minum toddy yang dikumpulkan dalam wadah terbuka, dan terkadang kencing di dalamnya, yang membuat toddy terkontaminasi oleh virus.[17] Pengawasan dan kesadaran sangat penting untuk mencegah wabah di masa depan. Hubungan penyakit ini dalam siklus reproduksi kelelawar tidak dipelajari dengan baik. Praktik pencegahan infeksi standar harus dijalankan untuk mencegah infeksi nosokomial. Vaksin subunit yang menggunakan virus Hendra ditemukan untuk menghasilkan antibodi pelindung silang terhadap virus Hendra, meskipun potensi untuk digunakan pada manusia belum diteliti.[19]
Pengobatan
Saat ini belum ada pengobatan yang efektif untuk infeksi virus Nipah. Perawatannya juga terbatas pada perawatan yang mendukung. Sangat penting untuk mempraktikkan pengendalian infeksi standar dan teknik perawatan yang tepat untuk menghindari penularan infeksi dari satu manusia ke manusia yang lain. Semua dugaan kasus infeksi virus Nipah harus diisolasi dan diberikan perawatan yang mendukung secara intensif. Ribavirin telah terbukti efektif dalam tes in vitro, tetapi belum terbukti efektif pada manusia. Imunisasi pasif menggunakan antibodi monoklonal manusia yang menargetkan Nipah G glikoprotein telah dievaluasi dalam model musang sebagai profilaksis pasca pajanan.[6][14] Obat anti-malaria chloroquine ditujukkan untuk memblokir fungsi-fungsi penting yang diperlukan untuk pematangan virus Nipah, meskipun tidak ada manfaat secara klinis yang telah diamati.[20] m102.4, antibodi monoklonal pada manusia, telah digunakan pada orang yang menggunakan perawatan gratis di Australia dan dalam perkembangan pra-klinis pada tahun 2013.[6]
Penyebaran
Wabah virus Nipah telah dilaporkan di Malaysia, Singapura, Bangladesh, dan India. Angka kematian tertinggi akibat infeksi virus Nipah terjadi di Bangladesh. Di Bangladesh, wabah biasanya muncul di musim dingin.[21] Virus Nipah pertama kali muncul di Malaysia pada tahun 1998 di semenanjung Malaysia pada babi dan peternak babi. Pada pertengahan 1999, lebih dari 265 kasus manusia terkena ensefalitis, termasuk 105 kematian, dilaporkan di Malaysia, dan 11 kasus baik penyakit ensefalitis atau penyakit pernapasan dengan satu kematian dilaporkan di Singapura.[22] Pada tahun 2001, virus Nipah dilaporkan dari Distrik Meherpur, Bangladesh [23][24] dan Siliguri, India.[23] Wabah ini muncul lagi pada tahun 2003, 2004 dan 2005 di Distrik Naogaon, Distrik Manikganj, Distrik Rajbari, Distrik Faridpur, dan Distrik Tangail.[24] Di Bangladesh, juga terjadi wabah pada tahun-tahun berikutnya.[7][25]
Pada Mei 2018, dilaporkan terjadi wabah di distrik Kozhikode, Kerala, India.[26] Telah dicatat terdapat 18 kematian, termasuk satu pekerja layanan kesehatan.[12][27] Mereka yang meninggal kebanyakan berasal dari distrik Kozhikode dan Malappuram, termasuk perawat berusia 31 tahun yang merawat pasien yang terinfeksi virus. Pada 31 Mei 2018, sekitar 16 orang dikarantina karena mereka kontak dengan orang terinfeksi. Kejadian ini telah menyebabkan kepanikan di seluruh negara bagian Kerala, India. Sampel darah telah dikirim untuk keperluan pengujian. India sedang mencari bantuan dari Australia dengan mengimpor antibodi monoklonal ke antigen virus Nipah. Namun, perawatan yang [28] bersifat eksperimental dan belum diuji pada manusia. India juga mengimpor tablet ribavirin dari Malaysia, hasil koordinasi otoritas dan orang yang mengendalikan penyebaran virus ini.[29]
^Luby, Stephen P.; Gurley, Emily S.; Hossain, M. Jahangir (2012). TRANSMISSION OF HUMAN INFECTION WITH NIPAH VIRUS (dalam bahasa Inggris). National Academies Press (US). Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 May 2018. Diakses tanggal 21 May 2018.