Berisi ulasan mengenai sejarah penyampaian Firman Allah dan kedudukan Anak Allah dibandingkan para malaikat.
Struktur
Pembagian isi pasal:
Ibrani 1:1–4 = Allah berfirman dengan perantaraan Anak-Nya
Ibrani 1:5–14 = Anak Allah lebih tinggi daripada malaikat-malaikat
Ayat 1-2
Ayat 1
Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi,[4]
Ayat 2
maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.[5]
Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi,[7]
Ayat 4
jauh lebih tinggi daripada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah daripada nama mereka.[8]
Sebagaimana halnya Yesus lebih tinggi daripada nabi-nabi karena Dia adalah Putra Allah, demikian pula Dia lebih tinggi daripada para malaikat karena alasan yang sama (Ibrani 1:4–14). Malaikat telah memainkan peranan penting dalam penyampaian perjanjian yang lama (Ulangan 33:2; Kisah Para Rasul 7:53; Galatia 3:19). Penulis surat ini, ketika menulis kepada orang-orang percaya Ibrani, menekankan keunggulan Kristus atas para malaikat dengan mengutip dari Alkitab Ibrani atu Perjanjian Lama.[6]
Ayat 5
Karena kepada siapakah di antara malaikat-malaikat itu pernah Ia katakan: "Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini?" dan "Aku akan menjadi Bapa-Nya, dan Ia akan menjadi Anak-Ku?"[9]
kai pros men tous angelous legei o poiōn tous angelous autou pneumata kai tous leitourgous autou puros phloga
(tidak ada varian dari semua jenis teks utama)
Ayat 7 Catatan
Kata "malaikat" (bahasa Yunani: ἀγγέλους, angelous) sebenarnya berarti "pembawa kabar", yang semakna dengan kata "suruhan" atau "utusan" sebagaimana digunakan atau disiratkan dalam Mazmur 104. Ayat yang dikutip dalam surat Ibrani ini berasal dari terjemahan bahasa YunaniAlkitab Ibrani, Septuaginta. Ayat ini dan ayat dalam Mazmur 104:4 menyatakan bahwa Allah dapat membuat "malaikat" (atau "suruhan") dari "badai", demikian pula "pelayan" dari "api", sebagaimana tertulis dalam Mazmur 148:8:
Hai api dan hujan es, salju dan kabut, angin badai yang melakukan firman-Nya;[12]
Kata "pelayan" (bahasa Yunani: λειτουργοὺς, leitourgous) dapat ditulis sebagai "liturgis" yang bermakna "pekerja untuk masyarakat" atau "hamba masyarakat".[13]
Ayat 8-9
Ayat 8
Tetapi tentang Anak Ia berkata: "Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran." (TB)[14]
Ayat 9
"Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allah-Mu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutu-Mu." (TB)[15]
"Tentang Anak...ya Allah": menunjuk kepada ke-Allahan Kristus (Yohanes 1:1).[6]
"Mencintai keadilan dan membenci kefasikan": Tidaklah cukup bagi anak-anak Tuhan untuk mengasihi keadilan saja; mereka juga harus membenci kejahatan. Orang percaya melihat hal ini dengan jelas dalam pengabdian Kristus terhadap keadilan (Yesaya 11:5) dan kebencian-Nya terhadap kejahatan dalam kehidupan, pelayanan, dan kematian-Nya (lihat Yohanes 3:19; Yohanes 11:33).
1) Kesetiaan Kristus kepada Bapa selama Ia berada di bumi, sebagaimana ditunjukkan oleh kasih-Nya terhadap keadilan dan kebencian-Nya terhadap kejahatan, merupakan alasan bagi Allah untuk mengurapi Anak-Nya. Demikian pula, orang percaya akan diurapi apabila ia menyetujui sikap Pemimpinnya terhadap keadilan dan kejahatan (Mazmur 45:8).
2) Kasih orang percaya terhadap keadilan dan kebencian terhadap kejahatan akan meningkat melalui dua cara:
(a) melalui pertumbuhan dalam kasih dan belas kasihan yang amat sangat terhadap mereka yang hidupnya dihancurkan oleh dosa, dan
Dan kepada siapakah di antara malaikat itu pernah Ia berkata: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu?"[16]
^Willi Marxsen. Introduction to the New Testament. Pengantar Perjanjian Baru: pendekatan kristis terhadap masalah-masalahnya. Jakarta:Gunung Mulia. 2008. ISBN 9789794159219.
^John Drane. Introducing the New Testament. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar historis-teologis. Jakarta:Gunung Mulia. 2005. ISBN 979-415-905-0.