Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Martin Bucer

Martin Bucer
Lukisan oleh pelukis yang tidak diketahui, aliran Jerman
Lahir11 November 1491
Schlettstadt, Kekaisaran Romawi Suci (sekarang Sélestat, Perancis)
Meninggal28 Februari 1551 (umur 59)
Cambridge, Inggris
KebangsaanJerman
PekerjaanPendeta, Reformator
Karya terkenalDe Regno Christi
Kiprah di bidang teologi
EraReformasi Protestan
Bahasa
  • Jerman
  • Latin
Tradisi atau gerakanCalvinis
Gagasan terkenalEkumenisme
Tanda tangan

Martin Bucer (bahasa Jerman awal: Martin Butzer,[1][2][a] bahasa Latin: Martinus Bucerus; 1 November 1491 – 28 Februari 1551) adalah seorang reformator Protestan Jerman di Strasbourg yang memengaruhi doktrin-doktrin dan praktik Lutheran, Calvinis, dan Anglikan. Bucer awalnya adalah anggota dari Ordo Dominikan, tetapi setelah bertemu dan dipengaruhi oleh Martin Luther pada tahun 1518 ia mengatur agar kaul biaranya dianulir. Ia kemudian bekerja untuk Reformasi, dengan dukungan Franz von Sickingen.

Usaha-usaha Bucer untuk mereformasi gereja di Wissembourg menyebabkan dirinya diekskomunikasi dari Gereja Katolik, dan ia dipaksa melarikan diri ke Strasbourg. Di sana ia bergabung dengan sekelompok reformator yang meliputi Matthäus Zell, Wolfgang Capito, dan Caspar Hedio. Ia berperan sebagai penengah antara dua reformator terkemuka, Martin Luther dan Huldrych Zwingli, yang berbeda pandangan dalam doktrin Perjamuan Kudus. Di kemudian hari, Bucer berusaha mencari kesepakatan dalam pengakuan-pengakuan iman seperti Pengakuan Iman Empat Kota (Tetrapolitan) dan Konkorda Wittenberg. Dalam menyelesaikan konkorda tersebut, ia bekerja bersama Philipp Melanchthon.

Bucer percaya bahwa orang-orang Katolik dalam Kekaisaran Romawi Suci dapat diyakinkan untuk bergabung dengan Reformasi. Melalui serangkaian konferensi yang diselenggarakan oleh Karl V, ia berusaha mempersatukan kubu Protestan dan Katolik untuk membentuk gereja nasional Jerman yang terpisah dari Roma. Ia tidak berhasil mencapai hal ini karena peristiwa-peristiwa politik membawa kepada Perang Schmalkalden dan kemunduran Protestantisme di dalam Kekaisaran. Pada tahun 1548, Bucer dibujuk, dalam tekanan, untuk menandatangani Interim Augsburg, yang memaksakan bentuk-bentuk tertentu dari ibadah Katolik. Namun, ia terus memajukan reformasi hingga kota Strasbourg menerima Interim tersebut, dan memaksanya untuk pergi.

Pada tahun 1549, Bucer diasingkan ke Inggris, di mana, di bawah bimbingan Thomas Cranmer, ia dapat memengaruhi kedua buku Ordinal Edwardine dan revisi kedua dari Buku Doa Bersama. Ia meninggal di Cambridge, Inggris, pada usia 59 tahun. Meskipun pelayanannya tidak menyebabkan terbentuknya denominasi baru, banyak denominasi Protestan telah mengklaimnya sebagai bagian dari mereka. Ia diingat sebagai pelopor awal dari ekumenisme.

Konteks historis

Peta yang menunjukkan kedua partisi yang membentuk Sachsen dengan warna hijau dan merah muda. Sachsen telah lama dibagi menjadi dua kepangeranan, salah satunya adalah Elektorat Sachsen dengan ibukotanya di Wittenberg. Karl V memindahkan elektorat dan sebagian besar wilayahnya kepada Sachsen Albertine pada tahun 1517 setelah kekalahan Liga Schmalkalden dan Johann Friedrich I dari Sachsen. Hessen berada di sebelah barat Sachsen.

Pada abad ke-16, status Kekaisaran Romawi Suci sebagai negara yang tersentralisasi hanya sebatas nama. Kekaisaran terbagi menjadi banyak negara kepangeranan dan negara kota yang mengawasi pemerintahan Kaisar Romawi Suci. Pemisahan kekuasaan antara kaisar dan berbagai negara membuat Reformasi dapat terjadi di Jerman, sebab masing-masing negara membela reformator yang berada di dalam wilayah mereka. Di Elektorat Sachsen, Martin Luther didukung oleh elektor Friedrich III dan penerus-penerusnya, Johann dan Johann Friedrich. Philipp I, Landgraf Hessen—yang tanahnya berada di tengah-tengah antara Sachsen dan Rhein—juga mendukung Reformasi, dan ia berperan penting dalam hidup baik Luther maupun Bucer. Kaisar Karl V harus mengimbangi tuntutan dari rakyatnya. Pada saat yang sama, perhatiannya sering teralihkan oleh perang dengan Prancis dan Kesultanan Utsmaniyah, serta perang di Italia. Rivalitas politik di antara para pemain sangat berpengaruh terhadap perkembangan gerejawi di dalam Eropa.[3]

Selain negara-negara kepangeranan, terdapat kota-kota kekaisaran merdeka, yang secara nominal berada di dalam kendali Kaisar tetapi sebenarnya diperintah oleh dewan-dewan yang berperan seperti pemerintahan berdaulat,[4] tersebar di seluruh Kekaisaran. Ketika Reformasi mulai mengakar, perselisihan-perselisihan terjadi antara reformator setempat dan magistrat kota yang konservatif. Martin Bucer memulai kerjanya di dalam sebuah kota kekaisaran merdeka, Strasbourg. Terletak di perbatasan barat Kekaisaran, Strasbourg bersekutu dengan kota-kota Swiss yang sudah lepas dari Kekaisaran. Beberapa kota telah menerima sebuah agama tereformasi yang berbeda dari Lutheranisme, di mana konsep sosial dan etika komunal humanis memiliki peran yang lebih penting.[5] Bersama dengan sekelompok kota kekaisaran merdeka di selatan dan barat tanah Jerman, Strasbourg mengikuti pola reformasi yang seperti ini. Strasbourg dikuasai oleh pemerintahan lokal yang kompleks, sebagian besar dalam kendali beberapa keluarga yang berkuasa dan anggota gilda yang kaya. Pada masa Bucer, gejolak sosial mulai membesar karena perajin tingkat rendah membenci imobilitas sosial mereka dan kesenjangan sosial yang melebar. Para warganegara mungkin tidak merencanakan revolusi, namun mereka menerima ide-ide baru yang dapat mengubah kehidupan mereka.[6]

Kehidupan awal (1491-1522)

Martin Bucer dilahirkan di Sélestat (Schlettstadt), Alsace, sebuah kota kekaisaran merdeka dalam Kekaisaran Romawi Suci. Ayahnya dan kakeknya, keduanya bernama Claus Butzer, bekerja sebagai pembuat barel.[7][b] Hampir tidak ada yang diketahui tentang ibu Bucer.[8][9][1] Bucer kemungkinan bersekolah di sekolah Latin bergengsi di Sélestat, di mana para perajin mengirim anak-anak mereka.[c] Ia menyelesaikan studinya pada musim panas 1507 dan bergabung dengan Ordo Dominikan sebagai novis. Bucer kemudian mengklaim bahwa kakeknya yang memaksanya untuk masuk ke dalam ordo ini. Setelah setahun, ia ditahbiskan sebagai seorang akolit di gereja Strasbourg dari Eremit Santo William, dan mengambil sumpah sebagai biarawan Dominikan penuh. Pada tahun 1510, ia ditahbiskan sebagai diaken.[10]

Pada tahun 1515, Bucer memelajari teologi di biara Dominikan di Heidelberg. Tahun berikutnya, ia mengambil sebuah mata kuliah dalam bidang dogmatika di Mainz, di mana ia ditahbiskan menjadi imam, dan kembali ke Heidelberg pada bulan Januari 1517 untuk mendaftar di Universitas Heidelberg.[11] Sekitar saat ini, ia dipengaruhi oleh humanisme, dan mulai membeli buku-buku yang diterbitkan oleh Johann Froben, beberapa ditulis oleh sang humanis agung Erasmus. Sebuah inventaris buku-buku Bucer dari tahun 1518 meliputi karya utama dari Thomas Aquinas, pemimpin skolastisisme medieval di Ordo Dominikan.[12]

Pada bulan April 1518, Johann von Staupitz, vikaris jendral dari Ordo Augustinian, mengundang reformator Wittenberg Martin Luther untuk memperdebatkan teologinya di Disputasi Heidelberg. Di sini Bucer bertemu Luther untuk pertama kalinya.[13][14] Di dalam sebuah surat panjang kepada mentornya, Beatus Rhenanus, Bucer menceritakan yang ia pelajari, dan memberikan komentar terhadap beberapa dari 95 Tesis Luther. Ia sebagian besar setuju dengan tesis-tesis Luther dan melihat ide-ide Luther sebagai selaras dengan Erasmus. karena bertemu dengan Luther menimbulkan risiko tertentu, ia meminta Rhenanus untuk memastikan agar suratnya tidak jatuh ke tangan yang salah. Ia juga menulis wasiatnya, yang berisi inventaris buku-bukunya. Pada awal tahun 1519, Bucer menerima gelar baccalaureus, dan musim panas itu ia menyatakan pandangan-pandangan teologisnya di sebuah disputasi di hadapan fakultas di Heidelberg, menyatakan perpecahannya dari Aquinas dan skolastisisme.[15]

Franz von Sickingen adalah pelindung dan pembela Martin Bucer selama tahun-tahun awalnya.

Peristiwa-peristiwa yang menyebabkan Bucer untuk meninggalkan Ordo Dominikan berawal dari ia memeluk ide-ide baru dan hubungannya dengan humanis dan reformator lain yang bertumbuh. Seorang sesama Dominikan, Jacob van Hoogstraaten, Inkuisitor Agung dari Köln, berusaha menuntut Johann Reuchlin, seorang sarjana humanis. Humanis lain, termasuk bangsawan Ulrich von Hutten dan Ksatria Kekaisaran Franz von Sickingen, memihak pada Reuchlin. Hoogstraaten gagal, tetapi sekarang ia berencana menarget Bucer. Pada tanggal 11 November 1520, Bucer memberi tahu reformator Wolfgang Capito dalam sebuah surat bahwa Hoogstraaten mengancamnya untuk menjadikannya contoh sebagai pengikut Luther. Untuk bisa melepaskan diri dari yurisdiksi Dominikan, Bucer harus dibebaskan dari kaul biaranya. Capito dan lainnya dapat mempercepat penganuliran kaulnya, dan pada tanggal 29 April 1521 ia secara formal dilepaskan dari ordo Dominikan.[16][17]

Untuk dua tahun berikutnya, Bucer dilindungi oleh Sickingen dan Hutten. Ia juga sempat bekerja di istana Ludwig V, Elektor Pfalz, sebagai pendeta bagi adik laki-laki Ludwig, Friedrich.[18][19] Sickingen merupakan tokoh senior di istana Ludwig.[20] Pengangkatan ini memungkinkan Bucer untuk hidup di Nürnberg, kota yang paling berkuasa di Kekaisaran, yang pejabat pemerintahannya sangat reformis. Di sana ia bertemu banyak orang yang memiliki sudut pandang yang sama dengannya, termasuk humanis Willibald Pirckheimer dan yang kelak menjadi reformator Nürnberg Andreas Osiander. Pada bulan September 1521, Bucer menerima tawaran Sickingen untuk menjadi pendeta di Landstuhl, di mana Sickingen mempunyai sebuah kastel, dan Bucer pindah ke kota itu pada bulan Mei 1522.[21] Pada musim panas 1522, ia bertemu dan menikahi Elisabeth Silbereisen, seorang mantan biarawati.[22]

Sickingen juga menawarkan untuk membayar Bucer studi di Wittenberg. Di perjalanan, Bucer singgah di kota Wissembourg, yang reformator terkemukanya, Heinrich Motherer, memintanya untuk menjadi pendetanya. Bucer setuju untuk menghentikan perjalanannya dan langsung bekerja, menyampaikan khotbah harian di mana ia menyerang praktik gerejawi dan ordo biara tradisional. Atas dasar kepercayaannya bahwa Alkitab adalah satu-satunya sumber pengetahuan untuk mendapatkan keselamatan (sola scriptura), ia berkhotbah bahwa Misa tidak boleh dianggap sebagai menyalibkan Kristus kembali, tetapi sebagai penerimaan anugerah keselamatan Tuhan melalui Kristus. Ia menuduh para biarawan membuat aturan-aturan tambahan melampaui apa yang terkandung di dalam Alkitab.[23][24] Ia meringkas keyakinannya di dalam 6 tesis, dan memanggil sebuah disputasi publik. Lawan-lawannya, kaum Fransiskan dan Dominikan setempat, mengabaikannya, tetapi khotbah-khotbahnya menghasut warga kota untuk mengancam biara-biara di kota. Uskup Speyer menanggapi dengan mengekskomunikasi Bucer, dan meskipun dewan kota terus mendukungnya, peristiwa di luar Wissembourg membuat Bucer berada dalam bahaya. Pelindung utamanya, Franz von Sickingen, dikalahkan dan dibunuh dalam Pemberontakan Ksatria, dan Ulrich von Hutten menjadi buronan.[25] Dewan kota Wissembourg mendesak Bucer dan Motherer untuk pergi, dan pada tanggal 13 Mei 1523 mereka melarikan diri ke Strasbourg yang berada di dekat situ.[26][27]

Reformator di Strasbourg (1523–1525)

Bucer, diekskomunikasi dan tanpa sarana penghidupan, berada dalam situasi yang genting ketika ia tiba di Strasbourg. Ia bukan seorang warganegara kota itu, sebuah status yang memberikan perlindungan, dan pada tanggal 9 Juni 1528 ia menuliskan sebuah surat darurat kepada reformator Zürich, Huldrych Zwingli, memohon untuk diberikan posisi yang aman di Swiss. Untungnya, dewan kota Strasbourg berada di bawah pengaruh reformator Matthäus Zell. Dalam bulan-bulan pertama Bucer berada di kota, ia bekerja sebagai pendeta tidak resmi bagi Zell dan dapat mengajar beberapa kelas mengenai kitab-kitab Alkitab.[28][29] Gilda terbesar di Strasbourg, Gärtner atau Pekebun, menunjuknya sebagai pendeta di Gereja Santa Aurelia pada tanggal 24 Agustus 1523. Sebulan kemudian, dewan kota menerima permohonan warganergaranya.[30]

Matthäus Zell adalah reformator utama di Strasbourg dan mendukung Bucer setelah kedatangannya di kota tersebut.

Di Strasbourg, Bucer bergabung dengan sekelompok reformator terkemuka: Zell, yang bertugas sebagai pengkhotbah kepada massa; Wolfgang Capito, teolog yang paling berpengaruh di kota; dan Caspar Hedio, pengkhotbah katedral. Salah satu tindakan pertama Bucer untuk perjuangan reformasi adalah berdebat dengan Thomas Murner, seorang biarawan yang menyerang Luther menggunakan satir. Meskipun dewan kota bimbang dalam hal-hal religius, jumlah orang yang mendukung Reformasi dan membenci klerus tradisional terus bertambah.[31][32]

Kebencian ini mencapai puncaknya ketika Conrad Treger, prior provinsi dari biara Augustinian, mengecam para pengkhotbah reformis dan para burgher di Strasbourg sebagai bidat. Pada tanggal 5 September 1524, massa yang marah menerobos masuk ke dalam biara-biara, merampas dan menghancurkan gambar-gambar religius. Banyak penentang Reformasi ditangkap, termasuk Treger. Setelah dewan kota meminta pernyataan resmi dari para reformator, Bucer membuat draf 12 artikel yang meringkas pengajaran-pengajaran Reformasi, termasuk pembenaran hanya oleh iman (sola fide). Ia menolak Misa dan konsep-konsep Katolik seperti kaul biara, penghormatan orang kudus, dan purgatori. Ia menolak untuk mengakui otoritas paus dan sebaliknya menekankan ketaatan kepada pemerintah. Treger dibebaskan pada tanggal 12 Oktober dan meninggalkan Strasbourg. Dengan kepergiannya, perlawanan terbuka terhadap Reformasi di kota itu berakhir.[33]

Tujuan pertama para reformator adalah penyusunan tata ibadah yang baru—pada saat ini para reformator Strasbourg mengikuti liturgi Zwingli. Mereka mengajukan proposal untuk sebuah tata ibadah umum untuk seluruh gerakan Reformasi kepada para teolog Wittenberg dan Zürich. Dalam buku Bucer Grund und Ursach (Dasar and Penyebab), diterbitkan pada bulan Desember 1524, ia menyerang ide Misa sebagai pengorbanan, dan menolak jubah liturgi, altar, dan bentuk-bentuk ritual tertentu. Buku ini juga yang mengakui penerimaan kebiasaan dari Jerman untuk menyanyikan lagu himne oleh seluruh jemaat.[34] (Hanya pendahuluannya kepada Gesangbuch tahun 1541 yang melampauinya dalam hal signifikansi musik.[35]) Di bulan Mei 1525, reformasi liturgi telah diterapkan di gereja paroki Strasbourg, tetapi dewan kota memutuskan untuk mengizinkan misa terus berlangsung di katedral dan gereja-gereja kolegiat Santo Tomas, Santo Petrus Muda, dan Santo Petrus Tua.[36]

Dialog dengan Luther dan Zwingli (1524–1540)

Mulai tahun 1524, Bucer berkonsentrasi pada isu utama yang memisahkan reformator terkemuka, yaitu Perjamuan Kudus. Dalam perselisihan ini, ia berusaha menengahi Martin Luther dan Huldrych Zwingli. Kedua teolog berselisih pandangan mengenai apakah tubuh dan darah Kristus hadir secara fisik di dalam unsur-unsur roti dan anggur dalam perayaan Perjamuan Kudus. Luther memercayai kehadiran nyata Kristus secara jasmani atau fisik; dan Zwingli memercayai bahwa tubuh dan darah Kristus dihadirkan oleh Roh Kudus. Pada akhir tahun 1524, Bucer telah meninggalkan ide kehadiran nyata jasmani dan, setelah beberapa studi eksegesis, menerima penafsiran Zwingli. Meskipun begitu, ia tidak percaya bahwa Reformasi bergantung pada salah satu pandangan tetapi pada iman kepada Kristus, hal-hal lain menjadi sekunder. Dalam hal ini, ia berbeda dengan Zwingli.[37]

Bucer berusaha menengahi Martin Luther (kiri) dan Huldrych Zwingli (kanan) dalam masalah doktrinal.

Pada bulan Maret 1526, Bucer menerbitkan Apologia, membela pandangan-pandangannya. ia mengajukan sebuah formula yang ia harap dapat memuaskan kedua pihak: perbedaan pemahaman Alkitab dapat diterima, dan kesatuan gereja dapat dipastikan asalkan kedua pihak memiliki "iman seperti anak kecil di dalam Tuhan". Bucer menyatakan bahwa pandangannya dan Zwingli mengenai Perjamuan Kudus adalah pandangan yang benar, tetapi meskipun ia menganggap para teolog Wittenberg salah, ia tetap menerima mereka sebagai saudara karena mereka sepakat dalam hal keyakinan-keyakinan dasar.[38][39] Ia juga menerbitkan dua terjemahan karya Luther dan Johannes Bugenhagen, memasukkan pandangannya sendiri tentang Perjamuan kudus ke dalam naskahnya. Hal ini membuat para teolog Wittenberg murka dan merusak hubungan mereka dengan Bucer.[40][41] Pada tahun 1528, ketika Luther menerbitkan Vom Abendmahl Christi, Bekenntnis (Pengakuan Iman Mengenai Perjamuan Kristus), menjelaskan konsepnya mengenai persatuan sakramental (bahasa Inggris: sacramental union), Bucer menanggapi dengan risalahnya sendiri, Vergleichnung D. Luthers, und seins gegentheyls, vom Abendmal Christi (Konsiliasi antara Dr. Luther dan Lawan-Lawannya Mengenai Perjamuan Kristus). Ia menuliskan risalah tersebut dengan bentuk dialog antara dua pedagang, satu dari Nürnberg yang mendukung Luther dan satu lagi dari Strasbourg yang mendukung Bucer, dengan pedagang yang kedua menang atas lawannya. Bucer memerhatikan bahwa Luther telah menolak impanasi, yaitu gagasan bahwa Kristus "dibuat menjadi roti". Karena itu, menurut Bucer, tidak ada ketidaksepakatan antara Luther dan Zwingli. Baik Luther maupun Zwingli percaya bahwa Kristus hadir secara spiritual dalam Perjamuan. Luther dengan keras menolak interpretasi Bucer.[42][43] Pertemuan terakhir antara Zwingli dan Luther terjadi pada saat berlangsungnya Konferensi Marburg pada bulan Oktober 1529. Konferensi ini diselenggarakan oleh Philipp dari Hessen dan dihadiri oleh berbagai reformator terkemuka, termasuk Bucer. Luther dan Zwingli setuju pada 13 dari 14 pokok pembicaraan yang didiskusikan, tetapi Zwingli tidak dapat menerima doktrin kehadiran nyata, yang Luther tidak dapat kompromikan. Setelah diskusi terhenti, Bucer berusaha menyelamatkan keadaan, tetapi Luther mengatakan, "Adalah jelas bahwa kami tidak memiliki roh yang satu dan sama."[44] Pertemuan tersebut berakhir dengan kegagalan. Tahun berikutnya, Bucer menuliskan kekecewaannya terhadap kekakuan doktrinal ini:

Jikalau kamu langsung mengutuk siapa pun yang tidak begitu percaya hal yang sama denganmu sebagai ditinggalkan Roh Kristus, dan menganggap sebagai musuh kebenaran siapa pun yang memegang sesuatu yang salah sebagai kebenaran, siapa, doakan, yang masih dapat kamu anggap sebagai saudara? Aku sendiri tidak pernah bertemu dua orang yang memercayai hal yang persis sama. Hal ini juga benar dalam teologi.[45]

Pengakuan-pengakuan iman Protestan yang bersaing (1530–1533)

Boissard, Jean-Jacques, "Martin Bucer", Icones quinquaginta vivorum (potret) (dalam bahasa Latin) 

Sejauh mana pandangan teologis para reformator berbeda menjadi nyata ketika Kaisar Romawi Suci, Karl V meminta mereka untuk menyajikan pandangan mereka kepadanya pada tahun 1530 di Dewan Augsburg. Philipp Melanchthon, delegasi utama dari Wittenberg, dengan cepat mempersiapkan draf yang kemudian menjadi Pengakuan Iman Augsburg. Para teolog Wittenberg menolak usaha-usaha Strasbourg untuk menerimanya tanpa artikel mengenai Perjamuan Kudus. Sebagai tanggapan, Bucer menulis sebuah pengakuan iman baru, Confessio Tetrapolitana (Pengakuan Iman Empat Kota atau Tetrapolitan), dinamakan demikian karena hanya empat kota yang menerimanya, Strasbourg dan tiga kota Jerman selatan lainnya, Konstanz, Memmingen, dan Lindau. Sebuah salinan dari draf Melanchthon digunakan sebagai titik permulaan dan perubahan besar hanyalah pembahasaan pada artikel tentang Perjamuan Kudus.[46][47] Menurut Eels, artikel tentang Perjamuan Kudus di dalam Pengakuan Iman Empat Kota menyatakan, "Di dalam sakramen, tubuhnya yang sejati dan darahnya yang sejati sungguh-sungguh diberikan untuk dimakan dan diminum, sebagai makanan bagi jiwa mereka, dan untuk kehidupan kekal, supaya mereka tetap berada di dalam Dia dan Dia di dalam mereka". Kata "sungguh-sungguh" yang ambigu tidak dijelaskan.[46]

Meskipun begitu, Karl mendekretkan pada tanggal 22 September bahwa semua reformator harus bergabung kembali dengan iman Katolik, atau ia akan menggunakan kekuatan militer untuk menindas mereka. Hal ini menyebabkan Melanchthon kembali menyelenggarakan sebuah pertemuan dengan Bucer. Kemudian, setelah diskusi yang panjang mereka sepakat pada 9 tesis, yang mereka kirimkan kepada Luther dan ke Strasbourg. Para magistrat Strasbourg meneruskannya kepada Basel dan Zürich. Bucer bertemu dengan Luther di Coburg pada tanggal 26-28 September. Luther tetap menolak tesis-tesis Bucer, tetapi ia menasihati Bucer untuk terus mencari persatuan. Bucer kemudian mengunjungi beberapa kota Jerman selatan, termasuk Ulm, Isny, Konstanz, Memmingen, and Lindau, dan ke kota-kota Swiss, Basel dan Zürich. Di Zürich pada tanggal 12 Oktober, ia menyajikan artikel-artikel itu kepada Zwingli, yang tidak melawannya atau pun setuju dengannya.[48][49]

Pada bulan Februari 1531, pangeran-pangeran dan kota-kota injili di kekaisaran membentuk Liga Schmalkalden yang beragama Protestan untuk melindungi agama yang sudah diperbaharui.[50][51] Jakob Sturm dari Strasbourg menegosiasikan keanggotaan kota ke dalam Liga atas dasar Pengakuan Iman Empat Kota.[52] Pada saat ini, hubungan Bucer dan Zwingli sedang memburuk. Zwingli tidak tahan dengan ikatan politik Strasbourg dengan Elektor Sachsen, dan dukungan teologis parsial Bucer terhadap Luther. Pada tanggal 21 Februari 1531, ia menuliskan surat mengakhiri pertemanan mereka. Ketika perwakilan kota-kota Jerman selatan bertemu di Ulm pada tanggal 23-24 Maret 1532 untuk mebahas aliansi mereka dengan Liga Schmalkalden, Bucer menasihatkan mereka untuk menandatangani Pengakuan Iman Augsburg, jika mereka dipaksa untuk berbuat demikian. Kota-kota Swiss terkejut karena Bucer merekomendasikan pengakuan iman saingan alih-alih versinya sendiri. Luther terus melanjutkan serangan polemisnya terhadap Bucer, tetapi Bucer tidak gelisah: "Bagaimanapun juga, kita harus mencari kesatuan dan kasih di dalam hubungan kita dengan siapa pun," tulisnya, "tanpa memandang bagaimana mereka bertindak terhadap kita."[53] Pada bulan April dan Mei 1533, ia sekali lagi mengelilingi kota-kota Jerman Selatan dan kota-kota Swiss. Kota-kota Swiss tetap tidak diyakinkan dan tidak bergabung dengan aliansi Protestan tersebut.[54]

Menata gereja Strasbourg (1529–1534)

Menara Gereja Santa Magdalena di belakang rumah rangka kayu yang sudah ada sejak zaman Martin Bucer

Ketika peristiwa-peristiwa ini berlangsung, para reformator di Strasbourg perlahan membuat kemajuan. Tekanan mereka terhadap dewan untuk melarang semua misa akhirnya berhasil. Pada tanggal 20 Februari 1529, Strasbourg secara terbuka bergabung dengan Reformasi ketika misa secara resmi dihentikan.[55][56] Sebagai gantinya, dua kebaktian khotbah (Predigtgottesdienste) diadakan setiap hari Minggu di semua gereja paroki. Pada tanggal 5 Januari 1530, ketika Strasbourg bergabung dengan aliansi kota-kota Swiss, Christliches Burgrecht (Konfederasi Kristen), dewan kota secara sistematis menghilangkan ganbar dan altar samping dari gereja.[57] Bucer awalnya menoleransi gambar-gambar di tempat ibadah selama mereka tidak dihormati. Ia kemudian yakin bahwa gambar-gambar harus dihilangkan karena berpotensi untuk disalahgunakan, dan ia mendukung penghilangannya secara teratur. Pertama, ia harus mendapatkan otoritas dari magistrat, dan kemudian rakyat diperintahkan untuk meninggalkan penghormatan gambar-gambar.[58][59]

Prioritas Bucer di Strasbourg adalah untuk menerapkan disiplin moral di dalam gereja. Untuk tujuan ini, pengawas khusus (Kirchenpfleger), dipilih dari antara kaum awam, ditugaskan di setiap jemaat untuk mengawasi doktrin dan praktik.[60] Perhatiannya dimotivasi oleh akibat dari populasi pengungsi yang meningkat pesat, yang tertarik dengan kebijakan pengungsi Strasbourg yang toleran. Masuknya pengungsi, khususnya setelah tahun 1528, membawa serangkaian pengkhotbah revolusioner ke dalam Strasbourg. Para pengkhotbah ini terinspirasi oleh berbagai doktrin apokaliptik dan mistik, dan dalam beberapa kasus oleh kebencian terhadap tatanan sosial dan paham akan adanya gereja resmi.[61] Sejumlah besar pengungsi adalah kaum Anabaptis dan spiritualis, seperti pengikut-pengikut Melchior Hoffman, Kaspar Schwenckfeld, dan Clemens Ziegler.[62] Bucer secara pribadi mengambil tanggung jawab untuk menyerang pengkhotbah-pengkhotbah ini dan pengkhotbah populer lainnya untuk meminimalisasi pengaruh mereka dan memastikan pengusiran mereka dan pengikut mereka.[63] Pada tanggal 30 November 1532, para pendeta dan pengawas gereja mengajukan petisi kepada dewan untuk menegakkan standar etis, secara resmi mengizinkan iman reformed dan menolak doktrin-doktrin "sektarian".[64] Pihak yang berwenang, yang telah mengizinkan jemaat-jemaat sektarian untuk berkembang di antara pengungsi dan masyarakat kelas bawah, hanya mengusir orang-orang yang jelas-jelas membuat masalah.[65] Bucer bersikeras bahwa dewan harus dengan sangat segera mengambil kendali atas seluruh ibadah Kristen di dalam kota untuk kebaikan bersama.[66]

Menanggapi petisi ini, dewan kota membentuk sebuah komisi yang menyarankan diadakannya sebuah sinode kota. Untuk pertemuan ini, Bucer menyediakan sebuah dokumen draf yang berisi 16 artikel tentang doktrin gereja. Sinode bersidang pada tanggal 3 Juni 1533 di Gereja Santa Magdalena untuk memperdebatkan naskah Bucer, dan akhirnya menerimanya sepenuhnya.[67] Para pimpinan sektarian dibawa menghadap sinode dan diinterogasi oleh Bucer. Ziegler dibebaskan dan dibiarkan untuk tetap tinggal di Strasbourg; Hoffman dipenjara sebagai ancaman terhadap negara; dan Schwenckfeld meninggalkan Strasbourg atas kemauannya sendiri.[68]

Setelah sinode selesai, dewan kota menunda beberapa bulan. Komisi sinode, yang di dalamnya termasuk Bucer dan Capito, memutuskan untuk mengambil inisiatif dan menyusun sebuah draf ordonansi untuk regulasi gereja. Komisi tersebut mengajukan bahwa dewan mengambil kendali hampir sepenuhnya atas gereja, dengan tanggung jawab untuk mengawasi doktrin, mengangkat pengawas gereja, dan menjaga standar moral.[69] Namun, dewan kota tetap menunda, membuat para pendeta hampir mengundurkan diri. Hanya ketika pengikut Hoffman merebut kekuasaan di Münster, dalam Pemberontakan Münster, dewan mulai bertindak, menakuti hal yang serupa dapat terjadi di Strasbourg.[70] Pada tanggal 4 Maret 1534, dewan kota mengumumkan bahwa Pengakuan Iman Empat Kota karya Bucer dan 16 artikelnya sekarang menjadi pernyataan iman resmi gereja. Semua Anabaptis harus menerimanya atau meninggalkan kota. Keputusan tersebut mendirikan sebuah gereja baru di Strasbourg, dengan Capito menyatakan, "Bucer adalah uskup gereja kami." [71][72]

Pendukung utama kesatuan Protestan (1534–1538)

Philipp Melanchthon bekerja bersama Bucer dalam banyak dokumen teologis untuk memajukan perjuangan reformasi.

Pada tahun 1534, Bucer telah menjadi tokoh utama dalam Reformasi Jerman. Ia berulang kali memimpin inisiatif untuk mengamankan kesepakatan doktrinal antara Wittenberg, kota-kota Jerman selatan, dan Swiss. Pada bulan Desember 1534, Bucer dan Melanchthon mengadakan pembicaraan yang produktif di Kassel, dan Bucer membuat draf 10 tesis yang diterima para teolog Wittenberg.[73][74] Pada bulan Oktober 1535, Luther menyarankan sebuah pertemuan di Eisenach untuk menyelesaikan kesepakatan penuh di antara faksi-faksi Protestan. Bucer membujuk perwakilan Jerman selatan untuk hadir, tetapi faksi Swiss, yang dipimpin oleh penerus Zwingli Heinrich Bullinger, mencurigai niatnya. Sebaliknya mereka bertemu di Basel pada tanggal 1 Februari 1536 untuk membuat rancangan pengakuan iman mereka sendiri. Bucer dan Capito menghadirinya dan mendesak para teolog Swiss untuk menerima pembahasaan kompromi tentang Perjamuan Kudus yang tidak menyinggung kaum Lutheran. Kehadiran nyata Kristus diakui, sedangkan persatuan natural atau lokal antara Kristus dan unsur-unsur disangkali. Hasilnya adalah Pengakuan Iman Helvetik Pertama, yang kesuksesannya memberikan harapan besar bagi Bucer terhadap pertemuan mendatang dengan Luther.[75][76]

Pertemuan tersebut, yang dipindah ke Wittenberg karena Luther sakit, dimulai pada tanggal 21 Mei 1536. Luther mulai menyerang perwakilan Jerman selatan, hal ini mengejutkan mereka. Ia menuntut mereka untuk menarik kembali pandangan mereka yang salah terhadap Perjamuan Kudus. Capito mengintervensi untuk menenangkan keadaan, dan Bucer mengklaim bahwa Luther salah memahami pandangan mereka. Kaum Lutheran bersikeras bahwa orang tidak percaya yang berbagian dalam Perjamuan sungguh-sungguh menerima tubuh dan darah Kristus. Bucer dan teolog Jerman selatan percaya bahwa mereka hanya menerima unsur-unsur roti dan anggur. Johannes Bugenhagen merumuskan sebuah kompromi, yang disetujui Luther, yang membedakan antara orang yang tidak layak (indigni) dan orang yang tidak percaya (impii). Para teolog Jerman selatan menerima bahwa orang yang tidak layak menerima Kristus, tetapi pertanyaan mengenai apa yang diterima orang yang tidak percaya masih tidak terjawab. Kedua belah pihak berhasil mencapai kesepakatan dalam isu-isu lainnya dan pada tanggal 28 Mei menandatangani Konkorda Wittenberg.[77][78] Strasbourg dengan cepat mendukung dokumen tersebut, tetapi Bucer harus memberikan banyak bujukan untuk meyakinkan kota-kota Jerman selatan. Kota-kota Swiss menolak, khususnya Zürich. Mereka bahkan menolak pernyataan halus yang menyiratkan persatuan Kristus dengan unsur-unsur Perjamuan. Bucer menyarankan agar kota-kota Swiss mengadakan sinode nasional untuk memutuskan hal ini, berharap ia dapat setidaknya membujuk Bern dan Basel. Sinode diadakan di Zürich dari tanggal 28 Mei hingga 4 April 1438, tetapi Bucer gagal membujuk satu kota pun. Kota-kota Swiss tidak pernah menerima atau menolak Konkorda Wittenberg.[79][80]

Pengaruh Bucer terhadap kota-kota Swiss pada akhirnya dirasakan secara tidak langsung. Pada musim panas 1538, ia mengundang John Calvin, yang kelak akan menjadi reformator Jenewa, untuk memimpin jemaat pengungsi Prancis di Strasbourg. Bucer dan Calvin memiliki banyak persamaan teologis dan menjalin pertemanan yang panjang.[81] Seberapa jauh Bucer memengaruhi Calvin adalah sebuah pertanyaan terbuka di antara sarjana modern, tetapi banyak reformasi yang nantinya diimplementasikan Calvin di Jenewa, termasuk liturgi dan tata gereja, awalnya dikembangkan di Strasbourg.[82][83]

Nasihat kepada Philipp dari Hessen (1538–1539)

Ketika peraturan Philipp mengenai perlindungan orang Yahudi di dalam wilayahnya kadaluarsa pada tahun 1538, ia menugaskan Bucer untuk menyusun kebijakan yang baru. Philipp memberinya draf yang bersikap toleran dalam mengatur urusan orang Yahudi. Bucer menolak peraturan yang menguntungkan orang Yahudi tersebut dan menyarankan agar mereka dilarang dari semua perdagangan kecuali untuk mencukupi kebutuhan mereka secara minimum. Judenratschlag karyanya juga meliputi penggunaan pertamanya akan stereotip negatif terhadap orang-orang Yahudi. Ordonansi Philipp tahun 1539 mewakili sebuah kompromi. Ia mengizinkan orang Yahudi untuk terlibat dalam perdagangan dan perniagaan tetapi juga meliputi aturan yang ketat dalam hubungan mereka dengan orang Kristen. Kebijakan baru yang berpotensi untuk diterapkan secara arbitrer sangat mengerikan bagi orang Yahudi, sehingga banyak dari mereka yang memilih untuk meninggalkan Hessen. Untuk hal ini, Bucer dapat juga dipersalahkan.[84][85]

Pada bulan November 1539, Philipp meminta Bucer untuk membuat pembelaan teologis untuk bigami, karena ia memutuskan untuk menjalankan pernikahan bigami. Bucer dengan berat hati setuju, dengan syarat pernikahan tersebut tetap dirahasiakan. Bucer meminta nasihat Luther dan Melanchthon, dan ketiga reformator itu memberikan sebuah pernyataan nasihat kepada Philipp (Wittenberger Ratschlag). Kemudian, Bucer menyusun argumen-argumennya sendiri baik yang mendukung maupun yang menentang bigami. Meskipun dokumen itu menyatakan bahwa bigami dapat diizinkan hanya dalam kondisi yang langka, Philipp menganggapnya sebagai persetujuan bagi pernikahannya dengan dayang adik perempuannya. Ketika rumor tentang pernikahannya mulai tersebar, Luther meminta Philipp untuk menyangkalinya, sedangkan Bucer menyarankan agar ia menyembunyikan istri keduanya dan menutupi kebenarannya. Beberapa sarjana memerhatikan sebuah motivasi yang memungkinkan bagi nasihat yang terkenal ini: para teolog percaya bahwa mereka menasihati Philipp seperti seorang pendeta menasihati anggota jemaatnya, dan sebuah kebohongan dapat dibenarkan untuk menjaga privasi dari konseling pengakuan mereka.[86][87] Skandal yang mengikuti pernikahannya membuat Philipp kehilangan pengaruh politik dan Reformasi di dalam Kekaisaran sangat dikompromikan.[88][89][90]

Isu-isu doktrinal (1539–1542)

Pada akhir tahun 1538, segera sebelum kematian Adipati Georg dari Sachsen yang beragama Katolik, sebuah kolokium religius diadakan di Leipzig untuk mendiskusikan reformasi yang berpotensi terjadi di dalam Kadipaten. Elektorat Sachsen mengutus Melanchthon, dan Philipp dari Hessen mengutus Bucer. Kadipaten itu sendiri diwakili Georg Witzel, seorang mantan Lutheran yang telah kembali kepada keyakinan Katolik. Dalam diskusi dari tanggal 2 hingga 7 Januari 1539, Bucer dan Witzel sepakat untuk menunda poin-poin doktrin yang kontroversial, tetapi Melanchthon mengundurkan diri, merasa bahwa kesatuan doktrinal adalah prasyarat bagi sebuah rencana reformasi. Bucer dan Witzel setuju dalam 15 artikel meliputi berbagai isu dalam kehidupan gereja. Namun, Bucer tidak membuat satu pun konsesi doktrinal: ia tetap diam dalam hal-hal penting seperti misa dan kepausan. Pendekatan ekumenisnya memancing kritikan keras dari reformator lainnya.[91][92]

Karl V berusaha memenangkan kembali pangeran-pangeran Protestan melalui serangkaian kolokium dan dewan kekaisaran. Ketika rekonsiliasi gagal, ia berusaha menekan perlawanan Protestan dalam Perang Schmalkalden.

Dalam Gencatan Senjata Frankfurt tahun 1539, Karl dan para pimpinan Liga Schmalkalden sepakat untuk mengadakan kolokium besar yang dapat menyelesaikan semua isu religius di dalam Kekaisaran. Bucer memiliki harapan yang besar untuk pertemuan ini: ia percaya bahwa adalah memungkinkan untuk meyakinkan sebagian besar Katolik Jerman untuk menerima doktrin sola fide sebagai dasar bagi diskusi tentang isu-isu lainnya. Dengan menggunakan berbagai pseudonim, ia menerbitkan risalah-risalah mendukung terbentuknya sebuah gereja nasional Jerman.[93][94] Sebuah konferensi di Haguenau dimulai pada tanggal 12 Juni 1540, tetapi selama diskusi sebulan tersebut kedua pihak tidak dapat sepakat dalam menentukan titik mula bersama. Mereka memutuskan untuk bertemu kembali di Worms. Melanchthon memimpin kaum Protestan, dengan Bucer sebagai pengaruh besar di balik layar. Ketika kolokium sekali lagi tidak membuahkan hasil, kanselir kekaisaran, Nicolas Perrenot de Granvelle, mengatur agar negosiasi rahasia diadakan. Bucer kemudian mulai bekerja bersama Johannes Gropper, sebuah delegasi dari uskup agung Köln, Hermann von Wied. Sadar akan risiko dari kolusi yang nyata tersebut, ia bertekad untuk membuat kesatuan di antara gereja-gereja Jerman. Keduanya sepakat dalam 23 artikel di mana Bucer mengalah dalam beberapa isu kepada pandangan Katolik. Isu-isu ini termasuk pembenaran, sakramen, dan tata gereja. Empat isu yang diperdebatkan tetap tidak terselesaikan: penghormatan para santo-santa, misa pribadi, sakramen pengakuan dosa, dan transubstansiasi. Hasil dari pertemuan tersebut diterbitkan dalam "Kitab Worms", yang mereka sajikan secara rahasia pada pangeran dari masing-masing pihak: Philipp dari Hessen dan Joachim II, Elektor Brandenburg.[95][96][97][98]

Kitab Worms menjadi dasar dari negosiasi akhir di Dewan Regensburg pada tahun 1541. Karl membentuk komite kecil yang terdiri dari Johann Eck, Gropper, dan Julius Pflug di sisi Katolik, dan Melanchthon, Bucer, dan Johann Pistorius di sisi Protestan. Dasar dari diskusi ini adalah "Kitab Regensburg"—Kitab Worms dengan modifikasi dari legatus kepausan, Gasparo Contarini, dan teolog Katolik lainnya. Kedua pihak menghasilkan awal yang menjanjikan, mencapai kesepakatan dalam isu pembenaran oleh iman. Namun, mereka tidak dapat sepakat mengenai otoritas pengajaran Gereja, kaum Protestan bersikeras bahwa itu adalah Alkitab, Katolik bersikeras magisterium—dengan kata lain, paus dan uskup-uskupnya. Mengenai artikel tentang misa dan Perjamuan Kudus, Contarini memasukkan konsep transubstansiasi, yang juga tidak dapat diterima kaum Protestan. Hasilnya, kolokium tersebut menemui jalan buntu. Untuk menyelamatkan beberapa kesepakatan yang sudah dicapai, Karl dan Granvelle menerbitkan ulang Kitab Regensburg dengan artikel tambahan di mana kaum Protestan dapat menyajikan pandangan-pandangan mereka. Namun, pada saat itu Luther di Wittenberg dan dewan kepausan di Roma telah mengetahui buku ini, dan keduanya secara publik menolak artikel mengenai pembenaran oleh iman. Kegagalan konferensi ini merupakan kemunduran besar bagi Bucer.[99][100][101]

Sekembalinya Bucer dari Regensburg, kota Strasbourg dilanda wabah hitam. Awalnya, teman dan kolega Bucer, Wolfgang Capito, meninggal karena penyakit itu. Kemudian, istri Bucer, Elisabeth, juga meninggal pada tanggal 16 November 1541. Tidak diketahui berapa anak Elisabeth; beberapa meninggal saat dilahirkan atau di usia muda.[102] Seorang putranya, Nathanael, meskipun cacat secara mental dan fisik, bertahan hidup hingga dewasa dan tetap berada di dalam keluarga Bucer sepanjang hidupnya. Sesaat sebelum Elisabeth meninggal, ia mendesak agar Bucer menikahi janda Capito, Wibrandis Rosenblatt, setelah kematiannya.[103] Bucer menikahi Wibrandis pada tanggal 16 April 1542, sebagai suami keempatnya—Wibrandis telah hidup lebih lama daripada Ludwig Keller, Johannes Oecolampadius, dan Wolfgang Capito. Wibrandis membawa keempat anaknya dari pernikahan-pernikahan sebelumnya. Pasangan suami istri baru ini memiliki putri yang mereka namai Elisabeth.[104]

Reformasi di Elektorat Köln (1542–1547)

Pada tanggal 5 Februari 1542, Bucer dan Gropper bertemu dengan Hermann von Wied, uskup agung-elektor Köln, untuk berdiskusi tentang permulaan reformasi gereja di keuskupan agungnya. Sebagai salah satu dari tujuh elektor dari Kekaisaran Romawi Suci, uskup agung Köln merupakan tokoh politik penting baik bagi kaisar maupun para reformator. Setelah berkonsultasi dengan dewan wilayah, uskup agung mengangkat Bucer untuk memimpin reformasi, dan pada tanggal 14 Desember Bucer pindah ke Bonn, ibukota elektorat. Pemilihannya menyebabkan kekhawatiran di kapitel katedral Köln, kaum klerus yang mendampingi uskup agung. Sikap memusuhi dari klerus kemudian menyebabkan keretakan antara Bucer dan Gropper. Pada tanggal 19 Desember, kapitel mengajukan protes formal terhadap pengangkatan Bucer, tetapi von Wied mendukung Bucer dan ia diperbolehkan untuk tetap tinggal. Ia memimpin sebuah jemaat kecil di katedral Bonn, tempat ia berkhotbah tiga kali setiap minggu, meskipun tanggung jawab utamanya adalah untuk merencanakan reformasi.[105][106]

Pada bulan Januari 1543, Bucer mulai mengerjakan sebuah dokumen penting untuk von Wied, Einfältiges Bedenken, worauf eine christliche, im Worte Gottes gegründete Reformation ... anzurichten sei (Pertimbangan Sederhana Mengenai Pendirian Reformasi Kristen yang Didirikan di atas Firman Tuhan). Melanchthon bergabung dengannya di Bonn pada bulan Mei, dan Caspar Hedio sebulan setelahnya, untuk membantu merancang dokumennya. Pada awal bulan Juli, Bucer mendiskusikan draf tersebut dengan uskup agung, yang setelah memelajarinya mengumpulkan dokumen tersebut kepada dewan wilayah pada tanggal 23 Juli. Meskipun kapitel katedral menolaknya secara mentah-mentah, dewan wilayah mendukung program reformasi. Bentuk final dokumen itu memiliki lebih dari 300 halaman dan meliputi beberapa subjek mengenai doktrin, hukum gereja, dan liturgi. Beberapa prinsip yang diajukan termasuk pembenaran hanya oleh iman, penerimaan hanya baptisan dan Perjamuan Kudus sebagai sakramen yang sah, memberikan cawan kepada kaum awam, mengadakan ibadah dalam bahasa vernakular, dan mengizinkan imam untuk menikah.[107][108]

Langkah-langkah awal menuju reformasi ini dihentikan pada tanggal 17 Agustus 1543 ketika Karl V dan pasukannya memasuki Bonn. Kaisar sedang terlibat dalam kampanye keras untuk menegaskan klaimnya atas wilayah-wilayah yang disengketakan oleh Wilhelm, Adipati Jülich-Cleves-Berg. Bucer terpaksa kembali ke Strasbourg segera setelahnya.[109][110] Ketika kapitel katedral Köln dan Universitas Köln yang anti-reformis mengajukan banding kepada kaisar dan paus untuk perlindungan melawan uskup agung mereka, Karl memihak pada mereka. Bucer menulis beberapa risalah membela rencana reformasi von Wied, termasuk buku 600 halaman Beständige Verantwortung (Pembelaan Teguh), tetapi ia gagal memengaruhi jalannya peristiwa. Von Wied diekskomunikasi pada tanggal 16 April 1546, dan ia secara resmi melepaskan jabatan elektoralnya pada tanggal 25 Februari 1547. Jemaat Bucer menulis kepadanya dengan kecemasan dalam bencana ini. Bucer meyakinkan mereka bahwa orang-orang Kristen yang merendahkan diri mereka di hadapan Allah pastilah menerima perlindungan-Nya.[111]

Menolak Interim Augsburg (1547–1549)

Dengan permulaan Perang Schmalkalden pada tahun 1546, kaum Protestan memulai kemunduran yang bertahap di dalam Kekaisaran. Pada tanggal 21 Maret 1547, Strasbourg menyerah kepada pasukan Kekaisaran, dan bulan berikutnya, kemenangan telak Kekaisaran di Pertempuran Mühlberg mengakhiri sebagian besar perlawanan Protestan. Di Strasbourg, Bucer dan kolega-koleganya, termasuk Matthäus Zell, Paulus Fagius, dan Johannes Marbach, terus mendesak dewan untuk memberikan lebih banyak disiplin dan kemerdekaan kepada gereja. Karl V membatalkan usaha-usaha mereka di dalam Dewan Augsburg, yang bersidang September 1547 hingga Mei 1548. Dewan tersebut menghasilkan dekrit kekaisaran, Interim Augsburg yang bersifat sementara, yang memaksakan ritus dan upacara Katolik di seluruh Kekaisaran, dengan beberapa kelonggaran kepada Reformasi. Agar dokumen tersebut dapat diterima kaum Protestan, Karl membutuhkan tokoh reformasi terkemuka untuk mendukungnya, dan ia memilih Bucer.[112]

Bucer atas kemauannya sendiri tiba di Augsburg pada tanggal 30 Maret 1548. Pada tanggal 2 April, setelah ditunjukkan dokumen tersebut, ia menyatakan kesediaannya untuk mengesahkannya jika dilakukan modifikasi tertentu. Namun, waktu untuk bernegosiasi telah lewat, dan Karl bersikeras untuk mendapatkan tanda tangan Bucer. Ketika Bucer menolak, ia ditempatkan dalam penjara rumah pada tanggal 13 April, dan segera setelahnya dalam kurungan tertutup. Pada tanggal 20 April, ia menandatangani Interim dan langsung dibebaskan.[113][d]

Meskipun ia telah menandatangani persetujuan, Bucer tetap melanjutkan perlawanannya. Sekembalinya ke Strasbourg, ia meningkatkan serangannya terhadap ritus dan upacara Katolik, dan pada tanggal 2 Juli menerbitkan Ein Summarischer vergriff der Christlichen Lehre und Religion (Ringkasan Singkat Doktrin dan Agama Kristen), sebuah pernyataan konfesional yang menyerukan Strasbourg untuk bertobat dan membela prinsip-prinsip reformasi yang diuraikan dalam 29 artikel. Karl memerintahkan agar semua salinan risalah itu dihancurkan. Ketegangan mulai bertambah di Strasbourg, ketika lawan-lawan Bucer menakuti bahwa Bucer membawa kota ke dalam malapetaka. Banyak pedagang Strasbourg meninggalkan kota untuk menghindari bentrokan yang mungkin terjadi dengan tentara kekaisaran. Pada tanggal 30 Agustus, para pejabat gilda memberikan suara terbanyak untuk memulai negosiasi untuk memperkenalkan Interim. Bucer tetap teguh. Meskipun setelah kota Konstanz menyerah dan menerima Interim, ia menyerukan Strasbourg untuk menolaknya secara tanpa syarat. Pada bulan Januari 1549, dengan rencana yang sedang berlangsung untuk mengimplementasikan Interim di Strasbourg, Bucer dan koleganya terus menyerangnya, menghasilkan sebuah memorandum mengenai bagaimana mempertahankan iman Protestan di bawah arahan-arahannya. Dengan tidak adanya dukungan signifikan yang tersisa, Bucer dan Fagius akhirnya dibebastugaskan dari jabatan mereka dan dipecat pada tanggal 1 Maret 1549. Bucer meninggalkan Strasbourg pada tanggal 5 April sebagai pengungsi, sebagaimana ia tiba 25 tahun sebelumnya.[114][115]

Pengasingan di Inggris (1549–1551)

Thomas Cranmer memberikan Martin Bucer perlindungan di Inggris, tempat ia menghabiskan tahun-tahun terakhir hidupnya.

Bucer menerima beberapa tawaran pengungsian, termasuk dari Melanchthon di Wittenberg dan Calvin di Jenewa. Ia menerima undangan Uskup Agung Thomas Cranmer untuk datang ke Inggris. Dari korespondensinya dengan beberapa orang Inggris terkemuka, ia percaya bahwa Reformasi Inggris telah maju dengan beberapa keberhasilan. Pada tanggal 25 April 1549, Bucer, Fagius, dan lainnya sampai di London dan disambut oleh Cranmer dengan kehormatan penuh.[116][117][118] Beberapa hari kemudian, Bucer dan Fagius diperkenalkan kepada Edward VI dan penasihat-penasihatnya.[119] Istri Bucer Wibrandis dan putri tirinya Agnes Capito (anak dari Wolfgang Capito) menyusulnya pada bulan September. Tahun berikutnya, Wibrandis mengatur agar anak-anaknya yang lain dan ibunya yang sudah tua dapat datang ke Inggris.[120]

Bucer mengambil jabatan Profesor Regius Teologi di Universitas Cambridge. Pada bulan Juni ia memasuki kontroversi ketika Petrus Martir Vermigli, pengungsi lain yang mengambil jabatan Profesor Regius yang setara di Universitas Oxford, berdebat dengan Buc Katoliknya dalam hal Perjamuan Kudus. Martir meminta dukungan Bucer, tetapi Bucer tidak sepenuhnya setuju dengan pandangan Martir dan berpikir bahwa pemaparan perbedaan tidak akan menolong perjuangan reformasi. Tidak mau konflik Perjamuan Kudus terulang di Inggris, ia memberi tahu Martir bahwa ia tidak memihak pada pandangan apa pun, baik Katolik, Lutheran, maupun Zwinglian. Ia berkata, "Kita harus bercita-cita dengan semangat yang paling tinggi untuk membangun sebanyak-banyaknya orang yang kita bisa di dalam iman dan kasih Kristus—dan tidak menyinggung siapa pun."[121][122][123]

Pada tahun 1550, konflik lain muncul ketika John Hooper, uskup Gloucester yang baru, menolak untuk memakai jubah keimaman untuk pentahbisannya. Kontroversi vestimentum mengadu Cranmer, yang mendukung jubah keimaman, melawan Hooper, Martir, dan Jan Laski, pendeta dari Gereja Orang Asing di London. Karena diketahui bahwa Bucer telah mereformasi kebaktian gereja di Strasbourg untuk mengikuti kesederhanaan gereja mula-mula, Hooper mengharapkan Bucer akan mendukungnya. Namun, Bucer berusaha untuk tidak terlibat, berargumen bahwa ada hal-hal yang lebih penting untuk diurus—kurangnya pendeta dan pelayanan pastoral, perlunya pengajaran katekismus, dan implementasi disiplin gereja. Hooper menolak untuk dibujuk, dan dipenjara di Menara London hingga ia menerima tuntutan Cranmer.[124][125]

Boyvin, René, Martin Bucer pada usia 53 tahun (ukiran) .

Bucer memiliki rencana yang ambisius dalam menyebarkan Reformasi di seluruh Inggris. Namun, ia kecewa saat pihak yang berkuasa tidak meminta nasihatnya dalam membawa perubahan. Setelah memelajari kebiasaan mengajukan sebuah memorandum kepada raja setiap tahun baru, ia mengerjakan sebuah risalah penting yang ia berikan dalam bentuk draf kepada temannya, John Cheke, pada tanggal 21 Oktober 1550. De Regno Christi (Tentang Kerajaan Kristus) merupakan puncak dari pengalaman Bucer bertahun-tahun, sebuah ringkasan dari pemikiran dan teologinya yang ia gambarkan sebagai warisannya. Di dalamnya ia mendesak Edward VI untuk mengambil kendali atas Reformasi Inggris, dan mengusulkan Parlemen memperkenalkan 14 peraturan reformasi yang meliputi hal-hal gerejawi maupun sipil. Dalam pandangannya, Reformasi tidak hanya berkaitan dengan gereja, tetapi dengan seluruh cakupan kehidupan. Mengingat keadaan sosial yang sulit di Inggris, ia mengajukan peran diaken untuk merawat yang miskin dan berkebutuhan. Ia menggambarkan pernikahan sebagai kontrak sosial dan bukan sebuah sakramen, sehingga ia memperbolehkan perceraian, sebuah gagasan modern yang dianggap terlalu maju bagi zamannya. Ia mendukung restrukturisasi sistem ekonomi dan administrasi dengan saran-saran untuk meningkatkan industri, pertanian, dan pendidikan. Masyarakat ideal menurut Bucer secara khas bersifat otoriter, dengan penekanan terhadap disiplin Kristen. De Regno Christi tidak pernah menjadi piagam dari Reformasi Inggris seperti yang diniatkan oleh Bucer: buku ini pada akhirnya diterbitkan bukan di Inggris tetapi di Basel, pada tahun 1557.[126][127]

Sumbangsih besar Bucer yang terakhir terhadap Reformasi Inggris adalah sebuah risalah tentang Buku Doa Bersama edisi orisinal tahun 1549. Cranmer meminta pendapatnya mengenai bagaimana buku tersebut dapat direvisi, dan Bucer mengumpulkan tanggapannya pada tanggal 5 Januari 1551. Ia menyerukan penyederhanaan liturgi, mengingat adanya unsur-unsur non-esensial: beberapa hari besar dalam kalender liturgi, tindakan kesalehan seperti genufleksi, dan ritus-ritus seperti misa pribadi. Ia berfokus pada jemaat dan bagaimana orang-orang dapat beribadah dan diajar. Seberapa jauh kritik Bucer memengaruhi Buku Doa edisi kedua tahun 1552 tidak diketahui.[e] Para sarjana yakin bahwa meskipun pengaruh Bucer terhadap Gereja Inggris tidak boleh dilebih-lebihkan, namun ia menggunakan pengaruhnya yang terbesar terhadap Buku Doa tersebut.[131]

Kematian dan warisan

Hari-hari Bucer di Inggris dipenuhi dengan gangguan penyakit, termasuk rematik, batuk, dan penyakit usus. Gejala-gejala seperti muntah-muntah, menggigil, dan berkeringat menunjukkan bahwa ia kemungkinan mengalami tuberkulosis parah. Pada bulan Februari 1551, kesehatannya akhirnya memburuk, dan pada tanggal 22 ia mendiktekan tambahan kepada wasiatnya. Ia menamai Walter Haddon dan Matthew Parker sebagai pelaksana, memercayakan orang-orang yang ia kasihi kepada Thomas Cranmer dan berterima kasih kepada putri tirinya karena telah merawatnya. Pada tanggal 28 Februari, setelah mendorong orang-orang yang dekat dengannya untuk melakukan yang terbaik untuk merealisasikan visinya seperti yang dinyatakan dalam De Regno Christi, ia meninggal pada usia 59 tahun.[132][f] Ia dimakamkan di Gereja Santa Maria yang Agung di Cambridge di hadapan massa besar yang terdiri atas profesor universitas dan mahasiswa.

Dalam sebuah surat kepada Petrus Martir, John Cheke menuliskan eulogi yang sesuai:

Kami kehilangan seorang pemimpin, yang daripadanya dunia hampir tidak akan dapatkan yang lebih besar, baik dalam pengetahuan akan agama yang benar maupun integritas dan kemurnian hidup, atau kehausan untuk mempelajari hal-hal yang paling kudus, atau dalam pekerjaan yang melelahkan dakam mengutamakan kesucian, atau dalam otoritas dan kepenuhan pengajaran, atau pun dalam apa pun yang layak dipuji dan dikenal. [133]

Bucer meninggalkan warisan yang signifikan kepada istrinya Wibrandis, yang termasuk rumahnya dan koleksi bukunya yang banyak. Wibrandis akhirnya kembali ke Basel, tempat ia meninggal pada tanggal 1 November 1564 pada usia 60 tahun.[134]

Ketika Mary I naik takhta, ia membuat Bucer dan Fagius diadili atas kebidatan secara anumerta sebagai bagian dari usahanya untuk mengembalikan agama Katolik di Inggris. Peti mati mereka digali keluar dari kuburan dan tubuhnya dibakar, bersama dengan salinan buku-buku mereka. Pada tanggal 22 Juli 1560, Elizabeth I secara formal merehabilitasi kedua reformator tersebut. Sebuah piagam kuningan di lantai Gereja Santa Maria yang Agung menandai letak awal makam Bucer.[135][136]

Setelah kematian Bucer, karya-karyanya terus diterjemahkan, dicetak ulang, dan disebarkan di seluruh Eropa. Meskipun begitu, tidak ada denominasi "Buceran" yang muncul dari pelayanannya, mungkin karena ia tidak pernah menyusun teologi sistematika seperti yang Melanchthon buat untuk gereja Lutheran dan Calvin untuk gereja-gereja Reformed. Beberapa kelompok, termasuk Anglikan, Puritan, Lutheran, dan Calvinis, mengklaimnya sebagai salah satu dari mereka. Adaptabilitas teologinya terhadap setiap pandangan konfesional juga membawa para polemikus untuk mengkritiknya sebagai terlalu mengakomodasi. Teologinya dapat dirangkum paling baik sebagai teologi yang praktis dan pastoral daripada teoretis. Bucer tidak terlalu tertarik mempertaruhkan klaim doktrinal per se, tetapi ia lebih memilih untuk mengambil sudut pandang untuk dapat berdiskusi dan memenangkan lawan-lawannya. Pada saat yang sama, pandangan teologisnya didasarkan pada keadaan zamannya di mana ia membayangkan masyarakat ideal sebagai masyarakat yang dipimpin oleh pemerintahan yang dicerahkan dan berpusat kepada Allah, dengan semua orang bersatu di bawah persekutuan Kristen. Martin Bucer terutama diingat karena usahanya dalam memajukan persatuan doktrinal, atau ekumenisme, dan perjuangannya seumur hidup untuk membuat gereja yang inklusif.[137][138][139]

Catatan

  1. ^ Ketika Bucer menulis dalam bahasa Jerman, ia menggunakan nama aslinya, "Butzer". Bentuk Latin dari namanya adalah "Bucerus" dan para ahli modern memilih untuk menggunakan singkatan dari bentuk Latin, "Bucer".
  2. ^ Eells 1931, hlm. 1 memberi nama ayahnya dan kakeknya sebagai "Nicholas" dan berkata bahwa ayahnya adalah pembuat sepatu.
  3. ^ Greschat 2004, hlm. 7–10 memberikan sejarah dan rincian dari sekolah bergengsi ini di Sélestat.
  4. ^ Menurut Eells 1931, hlm. 394, alih-alih dibebaskan dengan segera, ia melarikan diri dan kembali ke Strasbourg.
  5. ^ Eells dan Greschat tidak mengklaim adanya hubungan langsung antara saran-saran Bucer dengan Buku Doa tahun 1552.[128][129] Namun, Hall, menyatakan bahwa dari 58 poin yang dibuat Bucer, hampir setengahnya diterima dalam edisi baru buku tersebut.[130] Eells dan Hall memerhatikan bahwa judul dari risalah tersebut adalah Censura;[129][130] Greschat memerhatikan bahwa judul tersebut tidak digunakan hingga setelah kematian Bucer.[128]
  6. ^ Menurut Eells, Bucer meninggal pada tanggal 1 Maret 1551, dan ia mengutip sumber-sumber yang mendukung tanggal tersebut. Meskipun begitu, ia juga memerhatikan bahwa Beza dan Edward VI menyebutkan tanggal 28 Februari.[129] Selderhuis 1999, hlm. 115 juga menyatakan bahwa ia meninggal pada tahun 1 Maret.

Referensi

  1. ^ a b Selderhuis 1999, hlm. 51.
  2. ^ Greschat 2004, hlm. 10, 273.
  3. ^ Greschat 2004, hlm. 87–9.
  4. ^ Dickens 1974, hlm. 134.
  5. ^ Dickens 1974, hlm. 146, 190–3.
  6. ^ Greschat 2004, hlm. 47–50, 89.
  7. ^ Greschat 2004, hlm. 1, 10–1.
  8. ^ Greschat 2004, hlm. 11–2.
  9. ^ Eells 1931, hlm. 1.
  10. ^ Greschat 2004, hlm. 12–6.
  11. ^ Greschat 2004, hlm. 17.
  12. ^ Greschat 2004, hlm. 25.
  13. ^ Eells 1931, hlm. 4.
  14. ^ Greschat 2004, hlm. 26–7.
  15. ^ Greschat 2004, hlm. 27–9.
  16. ^ Eells 1931, hlm. 5–9.
  17. ^ Greschat 2004, hlm. 29–34.
  18. ^ Eells 1931, hlm. 10.
  19. ^ Greschat 2004, hlm. 38.
  20. ^ Greschat 2004, hlm. 35.
  21. ^ Eells 1931, hlm. 10–12; Greschat 2004, hlm. 35–40
  22. ^ Selderhuis 1999, hlm. 116–117
  23. ^ Eells 1931, hlm. 14.
  24. ^ Greschat 2004, hlm. 42–3.
  25. ^ MacCulloch 2003, hlm. 157.
  26. ^ Eells 1931, hlm. 13–8.
  27. ^ Greschat 2004, hlm. 40–5.
  28. ^ Eells 1931, hlm. 25.
  29. ^ Greschat 2004, hlm. 54–6.
  30. ^ Greschat 2004, hlm. 55, 59–60.
  31. ^ Eells 1931, hlm. 33–4.
  32. ^ Greschat 2004, hlm. 61.
  33. ^ Greschat 2004, hlm. 61–2.
  34. ^ Trocmé-Latter, Daniel (2015). The Singing of the Strasbourg Protestants, 1523–1541. Farnham: Ashgate. hlm. 38, 113. 
  35. ^ Trocmé-Latter. The Singing of the Strasbourg Protestants, 1523-1541. hlm. 341–349. 
  36. ^ Greschat 2004, hlm. 63–4.
  37. ^ Eells 1931, hlm. 72–73; Greschat 2004, hlm. 72–74
  38. ^ Eells 1931, hlm. 74–6.
  39. ^ Greschat 2004, hlm. 74–5.
  40. ^ Eells 1931, hlm. 77–81.
  41. ^ Greschat 2004, hlm. 75.
  42. ^ Eells 1931, hlm. 87–90.
  43. ^ Greschat 2004, hlm. 76–7.
  44. ^ Greschat 2004, hlm. 93.
  45. ^ Greschat 2004, hlm. 93–4.
  46. ^ a b Eells 1931, hlm. 99–100.
  47. ^ Greschat 2004, hlm. 94–5.
  48. ^ Eells 1931, hlm. 104–11.
  49. ^ Greschat 2004, hlm. 95–7.
  50. ^ MacCulloch 2003, hlm. 174.
  51. ^ Hughes 1992, hlm. 55–6.
  52. ^ Collinson 2003, hlm. 131.
  53. ^ Greschat 2004, hlm. 100.
  54. ^ Greschat 2004, hlm. 97–101.
  55. ^ Eells 1931, hlm. 52–3.
  56. ^ Greschat 2004, hlm. 64, 83–5.
  57. ^ Greschat 2004, hlm. 116.
  58. ^ Eire 1989, hlm. 93–4.
  59. ^ Eells 1931, hlm. 37–9.
  60. ^ Greschat 2004, hlm. 108.
  61. ^ Greschat 2004, hlm. 117–21.
  62. ^ Greschat 2004, hlm. 118–9.
  63. ^ Eells 1931, hlm. 130.
  64. ^ Greschat 2004, hlm. 117, 121
  65. ^ Greschat 2004, hlm. 70
  66. ^ Greschat 2004, hlm. 118
  67. ^ Greschat 2004, hlm. 121–122
  68. ^ Eells 1931, hlm. 147–51.
  69. ^ Greschat 2004, hlm. 121–2.
  70. ^ Greschat 2004, hlm. 123.
  71. ^ Greschat 2004, hlm. 122–3.
  72. ^ Eells 1931, hlm. 146–57.
  73. ^ Eells 1931, hlm. 175–9.
  74. ^ Greschat 2004, hlm. 132–5.
  75. ^ Eells 1931, hlm. 194–5.
  76. ^ Greschat 2004, hlm. 135–6.
  77. ^ Eells 1931, hlm. 196–203.
  78. ^ Greschat 2004, hlm. 136–9.
  79. ^ Eells 1931, hlm. 205–24.
  80. ^ Greschat 2004, hlm. 139–42.
  81. ^ van 't Spijker 1994, hlm. 32–3.
  82. ^ Greschat 2004, hlm. 147–8, 266–7.
  83. ^ van 't Spijker 1994, hlm. 37–41.
  84. ^ Eells 1931, hlm. 240–1.
  85. ^ Greschat 2004, hlm. 156–8.
  86. ^ Brecht 1993, hlm. 206.
  87. ^ Bainton 1995, hlm. 293.
  88. ^ Selderhuis 1999, hlm. 149–61.
  89. ^ Eells 1931, hlm. 258–69.
  90. ^ Greschat 2004, hlm. 158–60.
  91. ^ Thompson 2004, hlm. 167–72.
  92. ^ Greschat 2004, hlm. 168–70.
  93. ^ Augustijn 1994, hlm. 107–19.
  94. ^ Greschat 2004, hlm. 170–5.
  95. ^ Matheson 1994, hlm. 14.
  96. ^ Eells 1931, hlm. 271–87.
  97. ^ Greschat 2004, hlm. 175–8.
  98. ^ Thompson 2004, hlm. 172–5.
  99. ^ Eells 1931, hlm. 288–301.
  100. ^ Greschat 2004, hlm. 179–82.
  101. ^ Thompson 2004, hlm. 175–208.
  102. ^ Eells 1931, hlm. 417–8, 517.
  103. ^ Selderhuis 1999, hlm. 122–3.
  104. ^ Greschat 2004, hlm. 201–2.
  105. ^ Eells 1931, hlm. 311, 321–6.
  106. ^ Greschat 2004, hlm. 185–8.
  107. ^ Eells 1931, hlm. 332–4.
  108. ^ Greschat 2004, hlm. 189–91.
  109. ^ Eells 1931, hlm. 334–6.
  110. ^ Greschat 2004, hlm. 192–3.
  111. ^ Greschat 2004, hlm. 197–201.
  112. ^ Greschat 2004, hlm. 211–20.
  113. ^ Greschat 2004, hlm. 220–1.
  114. ^ Eells 1931, hlm. 395–400.
  115. ^ Greschat 2004, hlm. 221–5.
  116. ^ Hall 1994, hlm. 144–5.
  117. ^ Eells 1931, hlm. 401–2.
  118. ^ Greschat 2004, hlm. 227–8.
  119. ^ Greschat 2004, hlm. 228.
  120. ^ Greschat 2004, hlm. 257.
  121. ^ Hall 1994, hlm. 152.
  122. ^ Eells 1931, hlm. 403.
  123. ^ Greschat 2004, hlm. 234–5.
  124. ^ Hall 1994, hlm. 158.
  125. ^ Greschat 2004, hlm. 237–8.
  126. ^ Hall 1994, hlm. 154–8.
  127. ^ Greschat 2004, hlm. 239–45.
  128. ^ a b Greschat 2004, hlm. 238.
  129. ^ a b c Eells 1931, hlm. 412.
  130. ^ a b Hall 1994, hlm. 158–9.
  131. ^ Greschat 2004, hlm. 270.
  132. ^ Greschat 2004, hlm. 248.
  133. ^ Hall 1994, hlm. 144.
  134. ^ Greschat 2004, hlm. 202, 247.
  135. ^ Eells 1931, hlm. 413–4.
  136. ^ Greschat 2004, hlm. 249.
  137. ^ Greschat 2004, hlm. 251–4.
  138. ^ Kittelson 1994, hlm. 83–106.
  139. ^ Matheson 1994, hlm. 7.

Sumber

  • Augustijn, Cornelis (1994), "Bucer's ecclesiology in the colloquies with the Catholics, 1540–41", dalam Wright, DF, Martin Bucer: Reforming church and community, Cambridge: Cambridge University Press, hlm. 107–21, ISBN 0-521-39144-X .
  • Bainton, Roland H. (1995), Here I Stand: A Life of Martin Luther, New York: Meridian, ISBN 0-452-01146-9 .
  • Brecht, Martin (1993), Martin Luther: the Preservation of the Church, 1532–1546, Minneapolis: Fortress Press, ISBN 0-8006-2704-0 .
  • Collinson, Patrick (2003), The Reformation, London: Phoenix, ISBN 0-7538-1863-9 .
  • Dickens, A.G. (1974), The German Nation and Martin Luther, London: Edward Arnold, ISBN 0-7131-5700-3 .
  • Eells, Hastings (1931), Martin Bucer, New Haven, CT: Yale University Press, OCLC 639395 .
  • Eire, Carlos M.N. (1989), War Against the Idols: The Reformation of Worship from Erasmus to Calvin, Cambridge: Cambridge University Press, ISBN 0-521-37984-9 .
  • Greschat, Martin (2004), Martin Bucer: A Reformer and His Times, Louisville, KY: Westminster John Knox Press, ISBN 0-664-22690-6 . Diterjemahkan dari Martin Bucer: Ein Reformator und seine Zeit (dalam bahasa Jerman), Munich: CH Beck, 1990 .
  • Hall, Basil (1994), "Martin Bucer in England", dalam Wright, D.F., Martin Bucer: Reforming church and community, Cambridge: Cambridge University Press, ISBN 0-521-39144-X .
  • Hughes, Michael (1992), Early Modern Germany, 1477–1806, London: MacMillan, ISBN 0-333-53774-2 .
  • Kittelson, James (1994), "Martin Bucer and the ministry of the church", dalam Wright, DF, Martin Bucer: Reforming church and community, Cambridge: Cambridge University Press, ISBN 0-521-39144-X .
  • MacCulloch, Diarmaid (2003), Reformation: Europe's House Divided, 1490–1700, London: Allen Lane, ISBN 0-7139-9370-7 .
  • Matheson, Peter (1994), "Martin Bucer and the Old Church", dalam Wright, DF, Martin Bucer: Reforming church and community, Cambridge: Cambridge University Press, ISBN 0-521-39144-X .
  • Pauck, Wilhelm (1929), "Calvin and Butzer", The Journal of Religion, Chicago: The University of Chicago Press, 9 (2): 237–256, doi:10.1086/480825  .
  • Selderhuis, H.J. (1999), Marriage and Divorce in the Thought of Martin Bucer, Kirksville, MO: Thomas Jefferson University Press, ISBN 0-943549-68-X . Diterjemahkan dari Huwelijk en Echtscheiding bij Martin Bucer (dalam bahasa Belanda), Leiden: Uitgeverij JJ Groen en Zoon BV, 1994 .
  • Thompson, Nicholas (2004), Eucharistic Sacrifice and Patristic Tradition in the Theology of Martin Bucer 1534–1546, Leiden, NL: Koninklijke Brill, ISBN 90-04-14138-3 .
  • van 't Spijker, Willem (1994), "Bucer's influence on Calvin: church and community", dalam Wright, DF, Martin Bucer: Reforming church and community, Cambridge: Cambridge University Press, ISBN 0-521-39144-X .

Bacaan lebih lanjut

  • Burnett, Amy Nelson (1994), The Yoke of Christ: Martin Bucer and Christian Discipline, Kirksville, MO: Sixteenth Century Journal Publishers, ISBN 0-940474-28-X .
  • Poll, GJ van de (1954), Martin Bucer's Liturgical Ideas, Assen, NL: Koninklijke Van Gorcum & Comp, OCLC 1068276 .
  • van 't Spijker, Willem (1996), The Ecclesiastical Offices in the Thought of Martin Bucer, Leiden, NL: EJ Brill, ISBN 90-04-10253-1 .

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya